Oleh: Ari Cahya Pujianto
(Purwakarta)
HANYA dengan hitungan hari lagi, rakyat indonesia akan dipertemukan dengan hari yang sebagian orang menyebutnya dengan sebutan pesta demokrasi.
Ya, entah dari mana sebutan itu awalnya muncul namun yang jelas satu hari itu merupakan hari di mana semua calon pemangku kebijakan sedang harap-harap cemas menantikan masa depannya.
BACA JUGA:Â Bahaya Salah Memilih Teman
Selaras dengan hal tersebut, beberapa rekan saya mengajak untuk diskusi ringan perihal pilihan-pilihan yang akan mereka pilih.
Ada yang menanyakan pandangan perihal abstain, yang berarti tidak memilih, entah karena tidak punya pilihan ataupun tidak yakin dengan pilihan yang ada.
Dan juga menanyakan perihal pilihan-pilihan yang akan mereka pilih.
Hidup adalah soal pilihan. Memilih ataupun tidak ya itu balik lagi ke diri masing-masing. Tapi di balik pilihan-pilihan juga selalu ada konsekuensi. Nah, konsekuensinya apa?
Ya, jika memilih untuk abstain, berarti kita kehilangan kesempatan memilih seseorang untuk diembankan amanah yang akan berkorelasi pada urusan masyarakat luas, yang sebenarnya urusan tersebut akan berimpact pada diri kita sendiri, walaupun tidak signifikan.
Jika memilih abstain yang hanya dilakukan oleh 1 atau 2 orang saja mungkin tak ada pengaruhnya.Tapi coba bayangkan kalo misalnya jumlah tersebut dipersentasekan dengan total jumlah penduduk indonesia. Jutaan pastinya.
Nah, kalo suara jutaan itu bisa disalurkan kepada orang-orang yang mampu mengemban amanah menjadi wakil rakyat yang baik, bukankah akan menjadi manfaat, dan dari situlah akan terwujud kebijakan-kebijakan yang baik pula.
BACA JUGA: Ini Pesan Para Milenial, Aktivis dan Akademisi Dalam Perhelatan Pemilu 2019
Saya teringat salah satu kutipan yang mengatakan, Jika kamu dihadapkan di antara 2 pilihan yang sulit, maka pilihlah salah satu pilihan yang lebih banyak manfaatnya, dan lebih sedikit mudharatnya.
Memilih atau abstain ialah bentuk pilihan, namun, semoga diri ini tetap memilih untuk terus berusaha menjadi orang yang baik. []