Oleh: Aditya Budi
adityabudi82@gmail.com
AMR bin Auf al-Anshari ra. meriwayatkan suatu ketika Rasulullah SAW pernah mengutus Abu Ubaidah bin Jarrah ra. untuk pergi ke Bahrain guna menarik jizyah. Hingga akhirnya tiba saatnya ketika Abu Ubaidah kembali dari Bahrain dan membawa harta yang banyak. Kabar tersebut kemudian tengah terdengar oleh para sahabat.
Selepas shalat subuh berjemaah bersama Rasulullah SAW, lantas para sahabat dalam hati sudah menanti-nanti untuk bisa segera menemui Abu Ubaidah ra. Namun selepas shalat subuh nampak Rasulullah SAW langsung bergegas dan beranjak pergi dari tempatnya yang seakan menandakan bahwa Rasulullah SAW tak tahu-menahu akan berita kedatangan Abu Ubaidah ra. dengan setumpuk harta hasil menarik jizyah.
BACA JUGA: Nabi Khawatir Umatnya Binasa karena Harta dan Kemewahan
Kemudian para sahabat langsung saja seketika menghadang Rasulullah SAW sebelum beliau pergi dan Rasullullah pun tersenyum melihat laku para sahabat yang tengah menghadangnya. Seketika Rasulullah SAW bersabda “Aku kira kalian semua telah mendengar bahwa Abu Ubaidah ra. telah datang dari Bahrain dengan membawa harta.”
“Banar wahai Rasulullah” jawab para sahabat. “Maka bergembiralah dan berharaplah apa yang menyenangkan bagi kalian” sambung Rasulullah. “Demi Allah, bukanlah kefakiran yang paling aku takutkan akan menimpa kalian melainkan aku amat khawatir dibentangkannya dunia atas kalian, lalu kalian memperebutkan dunia sebagaimana orang-orang sebelum kalian memperebutkannya. Hingga dunia membinasakan kalian sebagaimana juga dunia telah membinasakan mereka”. (Muttafaq”alaih)
“Fatanafasuha kama tanafasuha,” begitulah sepenggal ucap Rasulullah SAW dalam hadits tersebut. “Kalian memperebutkanya (dunia) sebagaimana umat sebelum kalian memperebutkan.” Sejatinya tak ada yang salah dalam “memperebutkannya” melainkan Rasulullah saw menyambungnya dengan kalimat bahwa dalam memperebutkan itu akan selalu disertai dengan sifat “membinasakan.”
Ya, membinasakan, bahwa jika umat Muslim begitu hanyut dan berlomba-lomba dalam memperebutkan dunia sungguh akan membinasakan kalian. Mungkin membinasakan tidak selalu diartikan sebagai turunnya azab Allah SWT melainkan bahwa kesibukan kita karena dunia dapat membinasakan urusan dan keta’atan kita kepada Allah SWT.
Membinsakan shalat kita, yang seharusnya berjemaah dan tepat waktu menjadi di akhir waktu. Membinasakan khusyuknya kita berdoa selepas shalat, karena deadline dan pikiran yang penuh dengan urusan dunia. Membinasakan waktu kita untuk membaca kalam-Nya, Quran hanya dibaca di sisa-sisa waktu kelelahan kita itupun jika masih menyempatkan.
Membinasakan nikmatnya shalat malam karena lelapnya tidur membayar kelelahan aktivitas dunia kita di siang hari. Membinasakan silaturahim kepada sanak saudara bahkan yang paling penting adalah orang tua, sibuknya kita hingga tiada waktu walau sekedar menanyakan kabar. Membinasakan kesempatan untuk hadir dalam majlis-majlis ilmu karena sibuknya kita atas urusan pekerjaan yang seakan selalu ada.
Bahkan membinasakan waktu-waktu berharga orang tua dengan anaknya, pendidikan keteladanan dan keislaman menjadi berkurang. Padahal seribu guru tak akan bisa menggantikan peran satu orang ayah. Dan setiap orang tua akan dimintai pertanggungjawaban sejauh mana ia mengenalkan Allah dan Rasul-Nya.
Hari ini sungguh telah dibentangkan kemudahan dunia ini kita. Dibentangkan dan kemudahan dunia tidak melulu diartikan sebagai kemudahan melimpahnya harta dan jabatan, bukan. Melainkan hari ini telah mudah akses kita dalam memperoleh kenikmatan berupa makanan, minuman, serta berbagai kebutuhan pokok lainnya. Fastabiqul Khairat, berlomba-lombalah dalam kebaikan, bersibuk-sibuklah dalam ketaatan.
BACA JUGA: Harta dan Ilmu
Dan sekali lagi, Rasullullah SAW berpesan pada kita semua dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Sa’id al-Khudri ra. bercerita, suatu ketika Rasululah SAW duduk di atas mimbar dan para sahabat duduk di sekitar Beliau. Lalu Rasullulah SAW bersabda “Sesungguhnya di antara yang aku khawatirkan atas kalian sepeninggalku adalah gemerlapnya dunia dan perhiasannya yang dibukakan untuk kalian.” (Muttafaq’alaih)
Maka pekerjaan dan segala aktivitas dunia kita akan akan dinilai sebagai ibadah selama kita tak melalaikan apalagi sampai membinasakan kewajiban-kewajiban kita pada Allah dan Rasul-Nya. Sudahkah kita bermuhasabah apakah aktivitas dunia kita telah membinasakan kita ? Dan semoga Allah senantiasa menolong kita semua dari segala kebinasaan-kebinasaan yang menjauhkan kita dari Nya. Wallahu’alam. []
RENUNGAN adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim tulisan Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari RENUNGAN di luar tanggung jawab redaksi Islampos.