Oleh: Ulfatun Ni’mah
Penulis
nimahulfatun23@gmail.com
“UMMI, aku nggak mau mati. Hiks hiks…” begitu Ucap sulung malam itu. Ia memeluk erat tubuhku. Akhir-akhir ini ananda memang sering mengajak saya ngobrolin tentang kematian. Terkadang terasa menakutkan. Tapi sekaligus menyuntikkan semangat ketaatan.
“Kenapa, Mbak takut?”
“Mbak gak mau sendirian. Nanti kita semua mati ya, Mi? Hiks… ” tanyanya sambil terisak.
BACA JUGA: Ketika Anak Bertanya tentang Kematian
“Iya, semua orang akan mati, Nak. Semua yang bernyawa akan merasakan kematian,” Terang saya sembari mengelusnya agar lebih tenang.
“Nanti kita hidup lagi gak, Mi?”
“Iya, nanti Allah akan menghidupkan kita lagi. Nah, saat itu ada yang hidupnya jadi senang, ada juga yang sedih. Mati itu ada yang enak ada yang nggak enak.” Shalihah tampak mengerutkan dahi.
“Iya, kalau kita meninggal khusnul khotimah itu mati enak. Nanti saat Allah hidupkan lagi, kita hidup dalam keadaan gembira,” ucap saya menjelaskan.
“Aku mau lah Mi mati enak. Nanti kita ketemu lagi kan, Mi?”
“InsyaAllah, nanti kita ketemu lagi. Kalau di surga mbak gak lihat Ummi sama Abi tolong cariin ya, Nak! Mbak mau kan kita bareng-bareng masuk surga?”
“Iya, Ummi. Aku mau.” Jawabnya penuh semangat.
“Agar matinya enak, khusnul khotimah kita harus taat sama Allah. Jadi anak sholehah.”
“Rajin sholat, rajin ngaji ya mi?”
“Betul betul betul…” Diskusi pun selesai dengan menyenangkan.
Membahas kematian tidaklah selalu menakutkan. Mumpung anak bertanya emaknya belajar sekalian. Diskusi bersama anak itu menyenangkan. Emaknya jadi selalu merefresh ingatan. Terlebih tentang kematian yang baik untuk diingat agar diri terus tersadar bahwa kematian adalah sebuah kepastian.
“Kullu Nafsin dzaiqotul maut.” Setiap yang bernyawa akan merasakan kematian. Kapan waktunya, Allah rahasiakan. Maka perlu persiapan matang. Mudik ke kampung halaman saja perlu banyak persiapan, apa lagi mudik ke negeri akhirat yang kekal? Semoga kapanpun saatnya datang, kita kembali pada Allah dalam sebaik-baik keadaan, bi khusnul khootimah. Semoga Allah mampukan. Aamiin.
BACA JUGA: Kematian adalah Pintu untuk Memasuki Kebahagiaan Abadi
Seorang sahabat pernah bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah orang mukmin yang paling cerdas?” Rasulullah lalu menjawab, “Yang paling banyak mengingat mati, kemudian yang paling baik dalam mempersiapkan kematian, itulah orang yang paling cerdas (HR Ibnu Majah, Thabrani dan Al Haitsam)
Sahabat Islampos yang dirahmati Allah. Mari kita siapkan bekal menuju kampung akhirat. Mempersiapkan mati enak dengan memperbanyak amal kesholihan. Bermal baik, lalu lupakan. Beramal terus kaena kita tak pernah tahu amal mana yang akan membawa kita ke jannahNya. Semoga Allah perkenankan salah satu sudut surga untuk kita. Aamiin. []
RENUNGAN adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim tulisan Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari RENUNGAN di luar tanggung jawab redaksi Islampos.