JAKARTA–Seorang wanita yang berprofesi sebagai pemulung, Maryani (63), bisa melaksanakan ibadah haji setelah menabung selama 26 tahun dari hasil usahanya.
Maryani menabung hasil penjualan botol bekas dan pasir untuk mewujudkan keinginannya pergi berhaji.
Meski bekerja sebagai pemulung, Maryani memiliki keinginan yang kuat untuk menunaikan haji.
BACA JUGA: Ini 5 Pesan Amirul Hajj kepada Tim Kesehatan Haji Indonesia
“Saya selalu ingin pergi untuk haji,” kata Maryani, yang hanya menggunakan satu nama, sebelum berangkat ke Arab Saudi Jumat lalu.
Wanita kelahiran kota hujan pada 1955 ini mengaku mulai menabung untuk berangkat haji sejak 1993. Diceritakan Maryani, tekadnya untuk pergi haji makin bulat sejak ditinggal wafat suaminya pada tahun 1980-an.
Tetapi saat itu dia tidak tahu dari mana dia mendapat uang untuk berangkat haji, sementara dia seorang janda dengan empat anak.
“Ya sudah. Ibu memungut rongsokan saja,” ujar Maryani.
Sejak itu, Maryani rutin mencari rongsokan–botol minuman bekas termasuk kardus–setiap hari sejak sebelum azan subuh hingga sekitar pukul 5 pagi.
Karena rumah Maryani tepat di pinggir Kali Ciliwung, dia juga kerap mengumpulkan pasir untuk bahan bangunan.
Setiap kali menambang, dia mampu mengumpulkan minimal 5 karung pasir untuk kemudian dia jual seharga Rp8 ribu per karung.
“Kalau habis hujan besar, saya juga kumpulkan pasir untuk dijual,” kata Maryani menambahkan.
Dari hasil kerja kerasnya selama hampir 3 dekade, pada 2012 nilai tabungannya telah mencapai Rp25 juta, sehingga pada tahun itu dia mendaftarkan diri untuk berhaji.
Sejak saat itu, Maryani makin bekerja keras memulung dan mengumpulkan pasir untuk melunasi sisa ongkos naik haji sebesar Rp10 juta.
Maryani sendiri merahasiakan usahanya untuk berangkat haji itu selama bertahun tahun.
Bahkan anak-anaknya juga tidak tahu jika selama ini ibu mereka memulung sampah dan mencari pasir untuk biaya naik haji.
Maryani baru memberi tahu anak-anaknya pada April lalu, setelah mendapat kabar keberangkatan haji oleh Kantor Kementerian Agama Kota Bogor.
Para tetangga yang akhirnya mengetahui rencana Maryani, sempat mempertanyakan kepada salah satu anak dia, Dany Mulyana, kenapa membiarkan ibunya memulung sampah bertahun-tahun untuk berhaji.
“Bagaimana mau bantu ibu, saya juga tidak tahu ibu mengumpulkan uang untuk berangkat haji.” kata Dany yang bekerja sebagai juru parkir.
Maryani mengakui 26 tahun adalah waktu yang lama, tetapi dia tidak pernah merisaukan kapan dia bisa berangkat haji.
BACA JUGA: Perjalanan Haji Pertama Seorang Aktivis Muslim asal Belanda, Sebuah Refleksi
“Yang penting saya menabung, aja. Saya tidak pernah menyerah, selalu semangat tidak pernah merasa capek,” kata Maryani.
Maryani tidak menjual barang-barang bekas yang dia kumpulkan setiap hari, tetapi mengumpulkannya selama setahun baru kemudian menjualnya.
“Sekali jual, rata-rata mendapat hasil 1,2 juta rupiah setahun. Satu juta ditabung, sisanya dibelanjakan,” kata Maryani.
Sedangkan untuk biaya sehari-hari, Maryani dibantu anak-anaknya yang kebanyakan sudah berkeluarga dan hidup mandiri. []
SUMBER: ANADOLU AGENCY