JAKARTA–Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mempertanyakan mengapa orang menampakkan wajah garang dalam beragama? Atau, nampak agamis tapi justru banyak melakukan perbuatan yang dilarang agama seperti korupsi dan sebagainya?
“Jawabannya, boleh jadi karena ia gagal menjembatani teks-teks agama dengan konteks kehidupan nyata. Jembatan itu adalah seni dan kebudayaan,” ujarnya saat memberi sambutan pada malam Tasyakuran Hari Amal Bhakti (HAB) ke-72 di Jakarta Kamis (11/1) malam.
Dalam acara ini juga turut hadir Emha Ainun Najib (Cak Nun). Menurutnya, seni dapat merelaksasi agar kita tak kebablasan dalam menyeruakkan semangat beragama. Budaya dapat mengisi ruang peradaban untuk mengekspresikan agama.
“Nah, di sinilah pentingnya kita duduk bersama Mas Emha yang kita kenal sebagai seniman, budayawan, sekaligus agamawan,” pungkasnya.
Ia menambahkan, wajah kedua yang dijelaskan Menag terkait kebudayaan. Menurut Menag, wajah adalah artefak kebudayaan bukti yang merekam jejak perbuatan dan peradaban manusia. Dalam surat Al Ghasyiyah tentang Hari Pembalasan, terdapat gambaran mengenai dua wajah.
Yakni, kata dia wujuhuy yauma idzin khasyi’ah (wajah yang tertunduk hina karena perbuatan buruk), dan wujuhuy yauma idzin na’imah (wajah yang berseri-seri menerima buah usahanya).
“Kita semua tentu berharap memiliki rekam jejak yang baik agar kelak dapat menampilkan wajah yang sumringah dan berseri-seri,” jelasnya. []
Reporter: Rhio