Oleh: Rezkytama Putra, rezkytamap@yahoo.com
SUDAH seyogyanya apabila seorang lelaki didampingi seorang perempuan yang selalu menemani di sisinya. Marilah kita datangi para orang hebat dari berbagai cakrawala. Kita lihat presiden kita yang termahsyur, Bung Karno. Apakah ia sendirian dalam karirnya membawa garuda ke langit? Tentu tidak.
Di sampingnya selalu ada wanita hebat yang menemaninya. Menghiburnya kala sedih dan susah. Serta selalu memberi semangat dikala musuh menahannya. Kita lihat para orang seperti B.J. Habibie. Siapa yang tak kenal denganya. Siapa pula yang tak kenal istrinya, ibu Ainun. Pasangan sejoli yang kita semua tahu bagaimana kisahnya. Bagaimana mereka bersama melewati sedu sedan kehidupan. Kita lihat pula di berbagai film layar lebar. Seorang jagoan pun pasti memiliki seorang wanita yang men-support-nya dari belakang.
Bahkan Nabi Adam, yang kita tahu bahwa ia tinggal di surga yang apapun yang ia pinta dikabulkan, merasa kesepian. Serasa ada kurang dari segala hal yang ia miliki. Maka dari itu Allah pun menciptakan Hawa sebagai pendamping hidupnya.
Alkisah, Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam. Filosofinya ialah tulang rusuk dekat dengan hati untuk dicintai, dekat pula dengan tangan untuk dilindungi. Tapi, rusuk ialah sebuah tulang yang bengkok. Jika kita hendak meluruskannya, maka ia kan patah. Namun jika kita biarkan, ia akan tetap bengkok. Maka dibutuhkan lah lelaki yang hebat untuk meluruskannya. Layaknya gedung pencakar langit, mungkinkah dibangun oleh arsitek biasa saja? Atau kah seorang ahli dan handal. Apakah hasilnya sama jika Menara Eiffel dibangun oleh amatiran jika dibandingkan dengan seorang Gustave Eiffel?
Luruskanlah wanita dengan cara petunjuk Allah, karena mereka diciptakan begitu rupa oleh mereka. Didiklah mereka dengan panduan dari-Nya:
Jangan coba jinakkan mereka dengan harta, nanti mereka semakin liar
Jangan hiburkan mereka dengan kecantikan, nanti mereka semakin menderita
Namun ingat,
Akal setipis rambutnya, maka tebalkan dengan ilmu
Hati serapuh kaca, maka kuatkan dengan iman
Perasaannya selembut sutera, maka hiasilah dengan akhlaq
Janganlah kita merasa mampu memimpin mereka jika diri kita saja masih luntang lantung dalam memimpin diri sendiri. Terbuai dalam indahnya asmara yang lemah akan pemahaman dan kaya akan dosa.
Perempuan yang hebat hanya pantas disandingkan dengan lelaki yang sama hebat dengannya. Hebat bagaimana? hartanya yang kaya raya melimpah? parasnya yang indah rupawan? ataukah darah keturunannya?
Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi Muhammad SAW, beliau berkata: “Seorang perempuan dinikahi karena empat perkara, karena hartanya, karena kedudukannya, karena kecantikannya, (atau) karena agamanya. Pilihlah yang beragama, maka kau akan beruntung. Jika tidak, maka rugilah engkau”
Maka alangkah lebih baik jika kita pun memantaskan diri terlebih dahulu. Ketika kita sudah pantas, maka siaplah kita untuk menemui walinya. Bagaikan seorang pekerja, apa yang kalian miliki ialah proposal guna mendapatkannya.
Pernah sekali saya ditanya oleh seorang teman. Dia sedang iseng mensurvey untuk tugas akhir semester. Dalam penelitiannya ia memberikan pertanyaan singkat kepada banyak orang. “Jika kalian hendak memilih wanita, kalian akan pilih yang seperti apa? Pintar, cantik, kaya, shaleha, atau nyambung?” Seorang teman pun membalas “Semuanya baik gak?” Dia membalas “Udah pilih aja” “Aku pilih yang shaleha” “Kenapa kakak pilih shaleha?” “Karena aku mencari pasangan yang akan selamanya bersamaku, bahkan hingga ke surga”.
Bukankah sudah diceritakan sejak zaman Nabi Adam? Habil dinikahkan dengan Iqlima. Pria yang berakhlaq emas mendapat perempuan berparas rupawan. Sedangkan Qabil yang berperilaku buruk dinikahkan dengan Labuda yang parasnya tak sebanding dengan Iqlima.
Ingatlah, pasangan kalian kelak ialah cerminan dari kalian. Semakin indah akhlaq kalian, maka akan dipersiapkan seorang yang sebanding dengan kalian. Seorang yang bahkan mapu mengalahkan pesona para bidadari-baidadari surga nan elok rupawan. []