MASA atau waktu adalah salah satu makhluk ciptaan Allah SWT. Seorang ketika mencela makhluk ibaratnya mencela Pembuat, dan Penciptanya. Si pencela ini seakan tak menghormati, dan menghargai si Pencipta; seakan makhluk yang dicelanya, tak ada gunanya. Padahal Allah menciptakannya berdasarkan hikmah yang amat tinggi.
Nabi SAW melarang kita mencela masa dalam sabdanya,
لَا تَسُبُّوْا الدَّهْرَ فَإِنَّ اللهَ هُوَ الدَّهْرُ
“Janganlah kamu mencela masa, karena Allah adalah masa!” (HR. Muslim dalam Shohih-nya (2246), dan Ahmad dalam Al-Musnad (9126))
BACA JUGA: Berjuanglah Kalian, Baik di Waktu Lapang Maupun di Waktu Sempit
Mencela masa dan mengembalikan kesialan kepada masa berarti menyakiti Allah SWT. Nabi SAW bersabda,
قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ يُؤْذِيْنِيْ ابْنُ آدَمَ يَقُوْلُ يَا خَيْبَةَ الدَّهْرِ فَلَا يَقُوْلَنَّ أَحَدُكُمْ يَا خَيْبَةَ الدَّهْرِ فَإِنِّيْ أَنَا الدَّهْرُ أُقَلِّبُ لَيْلَهُ وَنَهَارَهُ
“Allah Azza wa Jalla berfirman: ” Anak adam manyakiti-Ku; anak Adam berkata, “Wah, Celaka karena masa”. Janganlah seorang di antara kalian berkata, “Wah, Celaka karena masa“, karena Aku adalah masa, Aku membolak-balikkan malam dan siang“. (HR. Bukhari dalam Shohih-nya no.4826), Muslim dalam Shohih-nya no.2246).
Imam Al-Baghowiy ra berkata, “Sabda Nabi SAW, ” janganlah seseorang mangatakan: “Wah, celaka karena masa!”, maknanya bahwa di antara kebiasaan orang Arab adalah mencela masa, yaitu pada waktu kejadian-kejadian (musibah), karena menisbatkan musibah-musibah dan perkara-perkara yang tidak disukai kepada masa. Mereka biasa mengatakan (tentang orang yang tertimpa musibah), “Masa-masa sial telah menimpa mereka; mereka telah dibinasakan oleh masa“. Allah SWT telah menyebutkan tentang mereka di dalam kitab-Nya seraya berfirman,
وَقَالُوْا مَا هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدَّنْيَا نَمُوْتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلَّا الدَّهْرُ
“Mereka berkata, “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja; kita mati dan kita hidup. Tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa“. ((QS.Al-Jatsiyah :24 ).
Jika mereka menisbatkan kesusahan yang menimpa mereka kepada masa, berarti mereka mencela pelaku yang membuat kesusahan-kesusahan itu, sehingga celaan mereka tertuju kepada Allah SWT, karena Dia adalah Pelaku sebenarnya terhadap perkara-perkara yang mereka nisbatkan kepada masa. Oleh karena inilah, mereka dilarang mencela masa”. (Lihat Syarhus Sunnah 12/357, cet. Al-Maktab Al-Islamiy, dengan tahqiq Syu’aib Al-Arna’uth1398 H)
Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah ra berkata, “Pencela masa akan berkisar dalam dua perkara; ia harus terkena oleh salah satunya: entah ia mencela Allah, ataukah ia musyrik (menyekutukan Allah), karena jika ia meyakini bahwa masa adalah pelaku bersama Allah, maka ia adalah musyrik. Jika ia meyakini bahwa Allah saja yang melakukan hal itu, sedang ia mencela yang melakukannya, maka sungguh ia telah mencela Allah“. [Lihat Zaadul Ma’ad (2/323), dengan tahqiq Al-Arna’uth, cet. Mu’assasah Ar-Risalah, 1407 H]
BACA JUGA: Manajemen Strategi dalam Memanfaatkan Waktu
Faedah:
Jangan dipahami dari hadits ini bahwa Allah adalah masa, sebab masa adalah makhluk. Abu Sulaiman Al-Khoththobiy ra berkata ketika me-syarah hadits di atas, “Maknanya: Aku adalah pemilik masa, dan pengatur segala urusan yang kalian nisbahkan kepada masa. Barangsiapa yang mencela masa, karena dia adalah pelaku bagi urusan-urusan ini, maka celaannya kembali kepada-Ku, karena Aku adalah Pelakunya. Masa itu hanyalah waktu dan zaman yang aku jadikan sebagai wadah waktu terjadinya urusan-urusan“. (Lihat Al-Qowa’id Al-Mutsla (hal.27), dengan Ta’liq Asyrof bin Abdil Maqshud, cet. Adhwa’ As-Salaf). []
SUMBER: QURANDANHADITS