SAHABAT Islampos, Habib atau Sayyid adalah sebutan atau gelar penghormatan dari masyarakat untuk para keturunan nabi Muhammd ﷺ. Umat islam memulaikan dan menghormati mereka. Mengapa harus menicintai para habib?
Para Habib memang berbeda dengan para nabi dan rasul. Rasulullah ﷺ di jamin oleh allah terjaga dari perbuatan dosa. Akan tetapi, para habib atau keturunannya tidak terjaga mashum dari melakukan kesalahan maksiat dan dosa.
Meskipun para habib juga manusia biasa yang memiliki kekurangan dan kelebihan, akan tetapi merendahkan dan menghina nasab mereka merupakan perbuatan tercela dan berdosa.
Sangat banyak dari mereka yang mendalami ilmi agama dan memiliki akhlak mulia. Banyak pula diantara mereka yang menjadi ulama besar, terkenal akan keluasan ilmu-ilmunya dan tentu saja sangat berjasa bagi dunia islam.
Mereka yang berakhlak mulia dan sangat mendalam ilmu agamanys inilah yang patut untuk di dengar petuahnya dan di teladani prilakunya.
Selayaknya manusia yang dituntut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, para habib juga berkiprah di berbagai bidang. Profesi para habib pun beragam. Ada yang menjadi profesional seperti menjadi pebisnis, pedangan, politisi, tentara.
Apapun profesinya, para Habib yang berilmu dan berakhlak mulia tentunya dicintai muslimin. Mereka adalah orang yang patut di cintai. Mereka pun juga bisa mencintai. Jadi, mereka bukan orang yang hanya dicintai tetap mereka pun bisa membalas atau mencintai orang-orang yang mencintai Rasulullah ﷺ dan keturunannya.
Menurut Kiai Ma’ruf, memang ada kekuatan Mahadahsyat, yang mengatur segalanya sesuai kehendak-Nya. Dia mengutip riwayat berikut:
«ﺇِﻥَّ ﻗُﻠُﻮﺏَ ﺑَﻨِﻲ ﺁﺩَﻡَ ﻛُﻠَّﻬَﺎ ﺑَﻴْﻦَ ﺇِﺻْﺒَﻌَﻴْﻦِ ﻣِﻦْ ﺃﺻﺎﺑﻊ اﻟﺮﺣﻤﻦ، ﻛَﻘَﻠْﺐٍ ﻭَاﺣِﺪٍ، ﻳُﺼَﺮِّﻓُﻪُ ﺣَﻴْﺚُ ﻳَﺸَﺎءُ»
Dari Abdullah bin Amr bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sungguh semua hati manusia berada dalam kekuasaan Allah yang Mahapengasih, seperti satu hati. Dia menggerakkan hati sesuai kehendak-Nya.”
Kecintaan umat islam Indonesia kepada para habib mentradisi khususnha ke kalangan warga Nu. Barangkali tidak ada penghormatan di negara lain kepada habib bisa melibihi penghormatan warga NU yang kadangkala bahkan terkesan berlebihan, seperti hadits nabi berikut yang menjelaskan:
ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ ـ ﺃُﺭَاﻩُ ﺭَﻓَﻌَﻪُ ـ ﻗَﺎﻝَ: «ﺃَﺣْﺒِﺐْ ﺣَﺒِﻴﺒَﻚَ ﻫﻮﻧﺎ ﻣَﺎ ﻋَﺴَﻰ ﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮﻥَ ﺑَﻐِﻴﻀَﻚَ ﻳَﻮْﻣًﺎ ﻣَﺎ، ﻭَﺃَﺑْﻐِﺾْ ﺑَﻐِﻴﻀَﻚَ ﻫَﻮْﻧًﺎ ﻣَﺎ ﻋَﺴَﻰ ﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮﻥَ ﺣَﺒِﻴﺒَﻚَ ﻳَﻮْﻣًﺎ ﻣَﺎ»
Dari Abu Hurairah secara marfu’: “Cintailah orang yang kau cinta dengan sewajarnya, boleh jadi suatu hari dia menjadi orang yang kau benci. Dan bencilah kepada orang yang kau benci sewajarnya, boleh jadi suatu hari dia yang kau benci menjadi orang yang kau cinta” (HR Tirmidzi)
Memuji habib yang alim memiliki bashirah mengenal allah dan sadar diri tidaklah mengapa. Pujian semacam itu menambahkan kecintaan ketaatan dan motivasi untuk gemar beribadah.
Pujian itu tidak merusak hari dan tidak melalaikan hati mereka sedikitpun. Melainkan menumbuhkan keimanan.
Sebaliknya kita jangan melontarkan sekerat pujian kepada habib yang jahil. Pengucapan mencelakai diri sendiri dan sangat merusak hati para habib yang kurang berilmu itu tidak baik.
Orang yang memuliakan keturunan Rasulullah memenuhi kebutuhan dan membantu urusan mereka serta mencintai mereka makan akan mendapatkan syafaat Rasulullah saw kelak dihari kiamat.
Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:
أربعة أنا لهم شفيع يوم القيامة: المكرم لذريتي، والقاضي لهم حوائجهم، والساعي لهم في أمورهم عند اضطرارهم إليه، والمحب لهم بقلبه ولسانه
“Aku akan memberi syafaat khusus di hari kiamat kepada empat golongan, yaitu orang yang memuliakan keturunanku, memenuhi hajat-hajat mereka, membantu urusan-urusan mereka saat mereka butuh dan orang yang mencintai mereka dengan hati dan lisannya” (HR. Al-Dailami)
Rasulullah ﷺ bersabda :
من أراد التوسل وأن يكون له عندي يد أشفع له يوم القيامة فليصل أهل بيتي ويدخل السرور عليهم
“Barangsiapa yang ingin bertawassul dan ingin syafaatku kelak di hari kiamat maka ia harus mempererat hubungan dengan ahli baitku dan memberikan kebahagiaan kepada mereka.” (HR. Al-Dailami)
BACA JUGA: 114 Nama Marga Keturunan Nabi Muhammad ﷺ di Mancanegara
Sebagai pengikut Rasulullah ﷺ tentu saja kita wajib bersyukur atas keberadaan para habib di tanah air. Seminar tentang masuknya islan di medan pada 17_20 maret 1964, menyimpulkan bahwa islam pertama kali masuk ke Indo pada abad pertama hijriah langsung ke pesisir sumatera dari negri arab antara lain golongan alawiyyin keturunan sayhidina hasan dan husein.
Baik yang berasa dari mekkah atau madinah maupun yang kemudian menetap di yaman dan sekitarnya. Ada kemungkinan mereka bersinggah sambil berdagang.
Mereka berdagang di Gujarat di pantai barat india beberapa waktu lamanya sebelum tiba di Indonesia. Jadi tanpa mereka mungkin sekarang kita tidak akan pernah mengenal dan bersentuhan dengan islam. []
SUMBER: DALAM ISLAM