Oleh: Annisa Aprilianti NA
Mahasiswi STEI SEBI jurusan Manajemen Perbankan Syariah Angkatan 2018
CINTA adalah fitrah, karunia Allah yang diberikan kepada setiap manusia. Cinta adalah perasaan suci yang ada dalam hati manusia, baik itu cinta kepada lawan jenis, sesama mahluk-Nya dan yang pasti cinta hamba pada Tuhan-Nya yang menciptakan dan memberi rasa cinta ini.
Ketika saya mulai memahami, belajar dan belajar tentang ilmu agama ini, saya mulai mengerti salah satu fitrah yang Allah berikan kepada setiap makhluk-Nya, yaitu rasa cinta kepada makhluk Allah yang diciptakan pertama kali ada di muka bumi ini.
Fitrah ini adalah anugerah dan juga tantangan bagi umat manusia, jangan sampai fitrah yang suci ini ternodai oleh serpihan hitam yang akan mengotori rasa fitrah yang Allah berikan kepada umatNya.
BACA JUGA: Meneladani Cinta Iman Habib bin Zaid
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka kasih sayang. (QS Maryam [19]: 96). Ketika saya mengetahui di dalam Al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang membahas tentang fitrah ini, saya mulai yakin bahwa Allah menitipkan fitrah ini kepada manusia.
So, ketika Allah membahasnya dalam Al-Qur’an berarti ada hal baik dan ibroh yang dapat kita ambil didalamnya. Rasa fitrah ini terjadi kepada hambaNya yang entah kenapa mereka merasa takut akan hal ini, takut akan adanya nafsu dari godaan setan yang tak pernah berhenti untuk menggoda manusia sampai akhir zaman nanti.
Ketika mata melihat sesuatu yang sesuai dengan keinginan maka sama seperti magnet yang terkena logam besi, langsung menempel. Saya termotivasi dengan salah satu ayat Al-Qur’an yaitu, “ Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga)”, (An-Nur : 26).
Berarti kita harus mensholehkan diri kita agar kita mendapatkan seorang imam di dunia dan akhirat yang sholeh juga ini untuk para akhwat, untuk para ikhwan sebaliknya. Tapi saya memperdalam dan belajar ilmu agama tujuannya bukan karena dunia saja, tetapi akhirat juga. Hanya salah satunya untuk itu, karena manusia tidak luput dengan kenikmatan dunia.
Semua yang ada dalam hati kita adalah semua cinta dari Allah. Setiap hari saya membentangkan tangan, memberikan segalanya dan melakukan apa pun sebisa saya. Untuk hidup yang baik, kebahagiaan dan kegembiraan, Setiap hal yang saya lakukan memulai dengan menyebut nama-Nya, agar yang saya lakukan mendapatkan ridho-Nya dan tidak mengikuti langkahnya setan. Rasa fitrah tidak pernah lepas dari umat manusia. Ketika kita mulai memahami yang sebenarnya, kita tak pernah tahu bahwa ini terasa menenangkan. Jujur pada diri kita sendiri dan jujur pada-Mu.
BACA JUGA: 4 Kisah Cinta Ini Lebih Romantis Daripada Romeo dan Juliet
Ada sebuah kisah di zaman Rasulullah SAW dari sahabat Ali dan Fatimah, keduannya saling memendam rasa suka antara mereka. Tetapi Allah mempersatukan mereka dan mempertemukan mereka dalam ikatan suci nan indah atas kehendak-Nya. Karena dalam diam itulah tersimpan kekuatan, kekuatan dalam sebuah harapan. Mungkin saja Allah akan membuat harapan itu menjadi nyata hingga cinta dalam diam itu dapat berbicara dalam kehidupan nyata. Bukankah Allah tak akan pernah memutuskan harapan hamba yang berharap kepada-Nya?
Karena diam adalah cara mencintai karenaNya, berharap hal itu lebih memelihara kesucian hati kita dan hati setelahnya. Dan jika memang mencintainya dalam diam itu tak memiliki kesempatan untuk berbicara di dunia nyata, biarkan ia tetap diam. Jika diam memang bukan milik kita, Allah akan menghapus ‘cinta dalam diam’ itu dengan memberi rasa yang lebih indah dan orang yang tepat. Seiring berjalannya waktu, biarkan mencintai dalam diam kita menjadi memori tersendiri di sudut hati ini, menjadi rahasia antara kita dengan Sang Pemilik hati, Allah SWT.
Kita harus belajar mencintainya dalam diam dengan keimanan. Berharap agar dapat menjaga rasa malu kita dan memelihara kesucian hatinya. Inilah cara kita mencintainya karenaNya, diam dan tak pernah terucap. Hingga di ujung lidah kita bahkan tak pernah terlukiskan oleh aktifitas yang dapat mereka lihat. Berharap menjadi Fatimah yang tak pernah sekalipun mengungkapkan.
Dan membawanya menjadi Ali Bin Abi Thalib yang tak pernah sekalipun mengecewakan apalagi menduakan. Inilah saya seorang muslimah yang mencoba menerapkan apa yang telah Allah perintahkan kepada hamba-Nya. Menyukai sesuatu karena Allah, mengagumi sesuatu karena Allah, mencintainya hanya karena Allah, dan suatu saat menikah dengannya hanya untuk mendapatkan ridho dari-Nya.
Cinta itu hendaklah dikawal, bukan dihalang. Ketika cinta itu dihalang, maka rasa cinta itu akan berontak dan mengikuti jalannya setan dengan tidak sadarnya. Karena cinta itu adalah fitrah yang Allah berikan kepada hamba-Nya. Untukmu, mudah-mudahan kita jodoh atas kehendak Allah SWT. Ketika kita bertemu suatu hari nanti, saksikan aku menjadi sebenar-benarnya seorang muslimah! Hamasah Muslimah! []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: redaksi@islampos.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.