Oleh: Ummu Hanaan
Penulis tinggal di Bandung, ummuhaaris25@gmail.com
Bila membuka media sosial, selain hangat dengan pemberitaan soal Papa dan tiang listrik, kita pun disodori berita salah satu aktris dan komedian RN yang mengejutkan publik dengan pilihan membuka hijabnya. Beliau mengaku telah mengalami pergulatan batin beberapa bulan terakhir hingga mantap dengan pilihannya. Beliau menyampaikan bahwa menutup aurat belum kondisi final yang menghadirkan ketentraman bagi pribadinya.
Itu adalah pilihannya, maka itu pun akan menjadi pertanggunjawaban pribadinya. Tugas kita sebagai sesama muslim adalah memberikannya nasihat terbaik dan mendoakan semoga Teh RN yang ternyata sama asal suku dan kotanya dengan saya ini, bisa kembali mendapat taufik-Nya, aamiin.
Terlepas dari ini adalah pilihan hidup beliau, di sisi yang lain saya berharap bahwa keputusan Teh RN tidak akan berpengaruh, atau menjadi inspirasi yang melemahkan para remaja putri atau muslimah manapun yang sudah berazzam tuk berusaha berhijab. Semoga kejadian ini menjadi pelajaran untuk kita bahwa setelah berhijrah, upaya untuk terus istiqomah harus diupayakan.
Mengutip dari nasihat Aa Gym terkait kasus teteh tadi, beliau menyampaikan bahwa usaha yang harus dilakukan oleh muslimah ketika genap pilihan untuk berhijab adalah mengikutinya terus dengan iman dan ilmu. Karena ilmu beliau sebutkan adalah pemandunya amal. Maka tak salah bagi kita jika ingin selalu berada dalam jalan ridha-Nya , terus menerus memperkuat iman dan amal.
Salah satu pengingat bagi kita untuk menyegarkan kembali suasana keimanan kita adalah dengan mengingat bahwa kita, tidak lain adalah mahluk-Nya. Secara akal dan keimanan, Allah SWT sebagai pencipta kita adalah hal yang tidak bisa terbantahkan. Allah SWT yang menciptakan tiap dari kita beserta apa yang ada dalam diri kita secara sempurna.
Menurut Muhammad Husain Abdullah, penulis buku Mafahim Islamiyah terbitan Darul Bayariq, Allah SWT menciptakan manusia dengan potensi-potensi luar biasa yang tetap menjadikannya bertahan dalam kehidupannya. Potensi itu adalah kebutuhan jasmani, naluri dan juga akal. Potensi tadi menuntut untuk dipenuhi.
Kebutuhan jasmani, bila tidak dipenuhi maka akan mengancam kehidupan manusia. Seperti ketiadaan asupan makanan dan minuman pasti akan menyebabkan kematian. Terkait dengan pemenuhan naluri dan akal, dia berbeda dengan kebutuhan jasmani. Bila tidak terpenuhi, maka yang timbul adalah kegelisahan tapi tidak sampai menyebabkan kematian. Kegelisahan ini barangkali adalah yang tadi dirasakan oleh teh RN.
Sungguh, dien Islam adalah dien yang agung, dan Allah adalah Rabb yang Maha Pengasih dan Penyayang. Ketika kita dapati Allah SWT yang mencipta diri kita dan segala hal yang ada di dalamnya, Allah SWT tak sekedar mencipta lantas meninggalkan kita tanpa petunjuk.
Allah SWT telah berfirman di dalam QS Taha ayat 50: “Rabb kami ialah yang memberikan tiap-tiap suatu bentuk penciptaan kemudian memberinya petunjuk (hidayah).” Masya Allah, Ia SWT tak meninggalkan kita bersusah payah mencari jalan dan cara untuk memenuhi potensi yang Ia berikan. Ia SWT Maha Mengetahui bahwa apabila kita dibiarkan mencari jalan pemenuhan sendiri maka kita akan terlunta-lunta dalam kegelisan dan gelapnya hawa nafsu manusia. Oleh karena itu, Ia tunjuki kita dengan jalan hidayah, dengan cahaya Alquran dan kesempurnaan Syariat-Nya. Maka jika kita sadari, Allah SWT tak hanya mencipta, namun menunjuki kita dengan petunjuknya.
Maka kita dapati, bila hati didera kegelisahan, diuji dengan ketidaktentraman dan butuh terhadap berbagai solusi maka mendekatlah padaNya, teruslah menggali mata air iman dan ilmu dalam Islam bukan menjauhinya atau mencapnya sebagai jalan hidup yang sudah tidak update lagi.
Masih dalam QS Thaha, Allah SWT berfirman: “Dan barangsiapa yang menolak peringatan ( petunjuk) Ku, maka baginya kehidupan yang sempit dan Kami kumpulkan mereka pada hari Kiamat dalam keadaan buta ” naudzubiILLAH min dzalik. Cukuplah ayat tadi menjadi pengingat. Allahu ‘alam bisshawwab. []