SATU masa di dalam kehidupan seseorang, akan ada waktu berpindah dari kejahatan menuju kebaikan, atau sebaliknya. Seperti kisah seorang anak perempuan yang menceritakan perubahan hidupnya.
“Aku hidup dari keluarga yang sangat kaya. Masa kanak-kanakku penuh dengan kegembiraan. Setelah aku beranjak remaja, aku merasakan kecemasan dan kesepian. Aku merasakan harta, jabatan, ketenaran, dan kecantikan tidak membuatku menjadi tenang.
Kalau aku membeli baju mahal, dengan baju baruku itu aku merasakan kegembiraan sesaat. Setelah beberapa baju itu tidak berharga lagi. Ia hanya seperti baju biasa saja. Banyak orang ingin meminangku karena aku mempunyai kecantikan, harta, jabatan dan keturunan yang terpandang. Aku pun menikah dengan seorang yang sama sepertiku, tetapi aku tidak menemukan ketenangan dalam hidupku padahal aku sudah bersuami dan memiliki harta yang banyak. Aku berkata dalam hati, ‘Mungkin nanti setelah aku memiliki seorang anak, aku akan merasakan kebahagiaan dan ketenangan tidak akan sirna.’
Aku pun melahirkan, tetapi semuanya masih seperti biasa, berjalan rutinitas seperti biasa. Kebahagiaan hanya kurasakan sesaat, kemudian kembali seperti semula. Aku merasakan ada sesuatu yang hilang dalam kehidupanku. Aku akan mewujudkan kebahagiaan yang lama dan tidak mudah sirna. Namun, apa yang hilang dalam kehidupanku? Semua kekayaan dunia sudah di tanganku. Apa yang kurang dariku? Di mana akan ku dapatkan kebahagiaan itu?
Ku cari dalam diriku,”Apa yang engkau mau?” Ku tanya pada diriku, “Apa yang belum kau dapatkan?” Hati kecilku menjawab, “Aku ingin dekat dengan yang memiliki kebahagiaan yang hakiki supaya ia memberiku.” Engkau merasa kesepian karena engkau jauh dari Allah SWT. Mengapa engkau tidak mendekat pada-Nya? Maka, engkau akan mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya. Dengan rahmat Allah SWT, aku mendapatkan hidayah untuk menempuh jalan yang lurus. Aku berdoa semoga aku dan kalian tetap dalam agamanya ini.
Dulu aku shalat kalau aku terbangun dari tidur. Kebanyakan shalat yang kutunaikan tanpa ada kekhusyuan. Aku tidak juga menjaga dzikir. Sekarang aku sudah menjaga shalat pada waktunya dan melakukannya dengan sempurna. Sekarang aku sudah menjaga dzikir-dzikir maka berubahlah kehidupanku. Tenanglah diriku dan khusyulah ruhku.
Sungguh malang sekali wahai ruhku. Selama ini aku terlantarkan untuk mendapatkan makanan yang hakiki. Aku mengira kebahagiaan itu didapat dengan uang, emas, pakaian, dan belanja makanan. Ternyata kutemukan kebahagiaan itu dengan mendekat kepada yang telah menciptakanmu dan yang akan mengembalikanmu kepada-Nya nanti. []
Sumber: Bermalam di Surga/ Dr. Hasan Syam Basya/ Gema Insani