ABU Nu’aim meriwayatkan dalam Hilyatul Auliyaa’ bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah memilih agama ini untuk diri-Nya. Hanya orang-orang yang dermawan dan berakhlak baik yang layak bagi agama Islam. Maka, hiasilah agama kalian dengan keduanya.”
Inilah dua perkara yang kerap kita abaikan. Kita ingin mendekati Allah, tetapi justru menjauhi apa yang disukai-Nya untuk kita lakukan. Kita ingin Allah menyayangi kita dan keluarga, tetapi kita sendiri justru lebih menyayangi harta benda daripada diri sendiri. Kita lebih rela diri kita sakit dan semakin jauh dari Allah, hanya karena kita tidak mau harta kita berkurang meski hanya sedikit.
Baca Juga: Bersedekah dengan Harta yang Paling Dicintai
Di sekeliling kita, mungkin ada orang-orang yang lapar. Mereka gelisah tak dapat memejamkan mata malam hari, sementara sebagian dari kita barangkali justru tak kuat bangun karena kekenyangan. Di penghujung malam, barangkali ada suara-suara yang tak sanggup kita dengar; suara-suara rintihan yang tertahan karena tubuh mereka telah teramat lelah menahan rasa lapar yang memilin perutnya, sementara pada saat yang sama ada yang tak sanggup terjaga karena perut yang terlalu penuh saat jatuh ke pembaringan.
Inilah ironi yang tak seharusnya terjadi. Inilah ironi yang dapat merusak iman kita, meski kita merasa telah meyakini-Nya dengan sepenuh hati. Ingatlah ketika Rasulullah bersabda,
“Bukanlah seorang Mukmin, orang yang tidur di malam hari sedangkan tetangganya kelaparan.” (HR. Al-Hakim).
Baca Juga: Demi Hijrah Bersama Rasulullah, Shuhaib Relakan Semua Hartanya
Sudah seharusnya kita sebagai seorang Muslim mengedepankan hak-hak saudara kita yang seharusnya dipenuhi. Bagaimana mungkin kita bisa dekat dengan Allah sedangkan kita berbuat sesuatu yang membuat kita semakin menjauh dari-Nya? Jadikanlah harta yang kita punya sebagai alat untuk kita terus mendekatkan diri pada-Nya. Keluarkanlah hak-hak orang lain yang terdapat dalam harta kita agar Allah ridha. [hd/islampos]
Referensi: Judul: Mencari Ketenangan di Tengah Kesibukan/Karya: Mohammad Fauzil Adhim/Penerbit: Pro-U Media