MENURUT Ustadz, mana yang lebih baik; memakai jilbab tapi setengah-setengah (pakaian ketat dan masih suka clubbing/dugem) atau tidak memakai jilbab tetapi berkelakuan baik. Secara pribadi, saya lebih memilih tidak memakai jilbab kalau belum benar-benar yakin bisa menjaga citra wanita berjilbab. Teman saya bahkan ada yang suka membuka jilbab kalau imannya sedang tidak stabil. Mohon pendapat Ustadz?
Saya setuju dengan Anda bahwa busana muslimah merupakan identitas takwa, baju yang harus menggambarkan kesalehan dan keimanan. Berjilbab bagi seorang muslimah adalah sebuah kewajiban sebagaimana diperintahkan Allah melalui ayat berikut.
BACA JUGA: 10 Keuntungan bagi Wanita yang Mengenakan Jilbab
“Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka’. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Al-Ahzab [33]: 59)
Citra wanita berjilbab hendaknya jangan sampai menjadi buruk hanya karena kelakukan segelintir orang yang tidak bertanggung jawab. Seharusnya atau idealnya, seorang wanita yang berbusana muslimah itu kelakuannya, perbuatannya, omongannya, dan perilakunya mencerminkan orang yang bertakwa.
Menurut pendapat saya, sikap Anda sudah bagus karena tidak mau merusak citra (pakaian muslimah). Kenapa?
Saya menghargai ikhtiar Anda untuk menjaga citra jilbab. Namun saya perlu ingatkan, bagaimana jika kematian terlebih dahulu menjemput sebelum Anda benar-benar melaksanakan niat berjilbab? Tentu Anda akan menyesalinya, bukan?
Dalam sebuah hadits disebutkan, “Apabila engkau berada di sore hari, maka janganlah menunggu hingga pagi hari. Dan apabila engkau berada di pagi hari maka janganlah menunggu hingga sore hari. Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu. Dan pergunakanlah hidupmu sebelum datang kematianmu.” (H.R. Bukhari)
Oleh sebab itu, alangkah lebih baiknya kalau akselerasi niat berjilbab tersebut dipercepat. Hendaknya kaum wanita tidak menunggu menjadi shalehah terlebih dahulu untuk memakai jilbab, tetapi sebaliknya, memakai jilbab supaya menjadi wanita yang shalehah. Ya, kalau boleh saya sarankan, sebaiknya paradigma berpikir Anda diubah. Katakan pada diri sendiri, “Saya akan berjilbab supaya jilbab itu membimbing dan mendorong saya menjadi lebih salehah dan saya harus mampu menjaga citra wanita berjilbab.” Dengan kerangka fikir seperti ini, kita berharap agar ajaran-ajaran Islam (khususnya berjilbab) semakin membawa pada perubahan hidup yang lebih baik.
BACA JUGA: Istri Tak Mau Berjilbab Meski sudah Dinasihati, Bolehkah Diceraikan?
Adapun mengenai perilaku teman Anda yang melepas jilbab dengan alasan kondisi keimanannya sedang tidak stabil, menurut hemat saya ini adalah perilaku dan cara berpikir yang kurang tepat. Justru perilaku ini akan semakin menurunkan kadar keimanan orang yang bersangkutan.
Kalau kondisi keimanan menurun, hal tersebut justru harus dilawan dengan semakin meningkatkan kesalehan. Seperti orang yang sedang sakit tapi malas makan, kalau ingin cepat sembuh maka dia harus harus memaksakan diri untuk makan sehingga daya tahan tubuhnya meningkat dan bukan malah meninggalkan makan yang justru akan semakin menurunkan daya tahan tubuhnya.
Jadi, bagi Anda yang sedang mencoba untuk istiqamah berjilbab, kalau merasa iman sedang menurun justru harus semakin rajin memakainya sehingga diharapkan kondisi keimanan menjadi semakin pulih dan sehat kembali. Kalau Anda menyengaja melepas jilbab dengan alasan iman sedang turun, perilaku ini justru akan membuat iman semakin rapuh.Wallaahu a’lam. []