“Sekiranya Engkau memohon kesembuhan kepada Allah, pastilah Allah akan mengabulkan. Mintalah pada-Nya doa untuk kesembuhanmu, Suamiku”! Ucapnya dengan nada lembut, mencoba memberi solusi kepada suaminya yang sedang menderit sakit parah. Namun, betapa takjubnya kita pada jawaban suaminya:
“Wahai istriku, Sungguh aku malu meminta kesembuhan pada Allah sebab Dia telah menganugerahkan berjuta kenikmatan hingga kita hidup dalam kemewahan selama 18 tahun*. Kita hidup dalam harta yang berlimpah dan bahagia selama itu. Kenapa tidak bersabar saja atas cobaan-Nya?” Ungkap lelaki shalih, suami dari sang istri tersebut.
Maka ia pun memilih untuk bersabar atas derita penyakit yang menimpanya. Hari berganti hari, penyakit itu semakin parah dan menular. Dia dan sekeluarganya diusir dari perkampungan tempat tinggalnya. Tidak ada lagi yang peduli. Tidak ada yang menaruh kasih padanya. Tidak ada yang menyayangkan kondisi keluargnya. Sahabat, kerabat dekat semua mengucilkannya. Hanya istri tangguhnya dan 9 anak perempuan yang ikut menyertainya.
Kondisi semakin parah. Satu persatu anak perempuanya tertular penyakitnya dan meninggal dunia. Harta sudah tidak tersisa lagi. Hingga istrinya harus bekerja panting tulang menjadi pembantu ibu rumah tangga. Lalu, masyarakatpun tahu bahwa perempuan yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga itu adalah istri dari lelaki shalih yang terjangkit penyakit menular. Akhirnya, istrinya pun diusir dan tidak ada yang mau menerima dan memberi pekerjaan padanya.
Dalam keadaan yang semakin parah, dalam sedih yang sudah memuncak, ia memohon doa yang sangat indah dan sangat singkat. Do’a yang diabadikan Allah dalam surat Al-Anbiya ayat 83:
“Rabbii, inni massaniyadh dhurru wa anta arhamur raahiimin” (Wahai Rabb-ku, sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Rabb Maha Penyayang dari semua yang penyayang)
“Itulah bentuk kesabarannya. Ia tidak menuntut apa-apa pada Rabbnya sebagai penghormatan dan pengakuan terhadap-Nya. Bahkan untuk meminta kesembuhanpun dia malu”, begitulah komentar Sayyid Qutbh tentang redaksi doa tersebut yang ditulis dalam tafsirnya Fi Zhilalil Qur’an.
Namun, betapa Maha Penyayangnya Allah, betapa kasih dan cinta-Nya tak pernah mampu dihitung, Yang Maha Mengetahui segala apapun hajat manusia, Yang Maha Mendengar setiap bait-bait harapan meski tak terucap dalam bahasa, Yang setiap do’a telah Allah janjikan pasti akan dikabulkan dengan cara-Nya.
Maka Allah mengabulkan do’a lelaki shalih ini lebih dari apa yang dipinta. Jawaban do’a yang Allah abadikan dalam surat Al-Anbiya ayat 84:
“Maka Kami kabulkan (doanya), lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan (Kami lipat gandakan jumlah mereka) sebagai suatu rahmat dari Kami, dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Kami”.
“Hanya orang-orang yang bersabarlah yang pahalanya disempurnakan tanpa batas” (QS. Az-Zumar:10).
Para pembaca Islampos yang dirahmati oleh Allah, Sungguh luar biasanya kesabaran Nabi Ayyub As mudah-mudahan kita semua dapat meneladani akhlak beliau sehingga Allah ridho kepada kita. Aamiin Allahumma Aamiin. []