ISMA’IL bin Yahya al-Kufy berkata, “Aku memiliki seorang kakak perempuan tetapi jiwanya terganggu, ingatan sudah hilang dan suka menyendiri. Ia akhirnya ‘dikarantina’ di sebuah kamar yang terletak di loteng paling pojok. Ia tinggal di situ selama lebih dari 13 tahun.
Suatu malam saat aku sedang tertidur di tengah malam, tiba-tiba pintu rumahku diketuk orang. Lalu aku tanya, ‘Siapa ini?.’
Ia menjawab, ‘Kajjah.’
‘Engkau kakakku?,’ sela-ku.
Ia menjawab, ‘Ya, kakakmu.’
Lalu aku bukakan pintu untuknya dan ia pun masuk padahal selama lebih dari 10 tahun, ia sudah tidak mengenal lagi seluk beluk rumah.
Ia bertutur, ‘Semalam aku kedatangan seseorang dalam tidurku, lalu dikatakan kepadaku, ‘Sesungguhnya Allah telah menjaga ayahmu, Isma’il karena Salamah, kakekmu. Dan menjagamu karena ayahmu, Isma’il. Sekarang kamu tinggal pilih; memohon kepada Allah agar penyakitmu ini lenyap atau bersabar dan imbalannya surga sebab Abu Bakar dan ‘Umar telah meminta syafa’at kepada Allah untukmu karena kecintaan ayah dan kakekmu itu kepada keduanya.’
Lalu tentu aku pilih bersabar atas kondisiku ini asalkan mendapatkan surga. Tetapi, sesungguhnya Allah Maha Luas rahmat-Nya atas seluruh makhluk-Nya, tidak ada satu pun yang terasa besar bagi-Nya. Jika Dia berkehendak; kiranya Dia gabungkan kedua hal pilihan itu untukkku sekaligus.’
Lalu ada yang berkata, ‘Sesungguhnya Allah telah menggabungkan kedua hal itu untukmu dan telah ridha terhadap ayah dan kakekmu berkat kecintaan keduanya terhadap Abu Bakar RA dan ‘Umar RA. Bangunlah dan turunlah.’ Lalu Allah hilangkan penyakit yang sudah sekian tahun menyertainya itu.”[]
Periwayat kisah ini termasuk salah seorang yang Tsiqaat, berasal dari Kufah. Lihat, kitab at-Tahdziib, Jld.IV, hal.155. Benar, Allah SWT akan menjaga hamba-Nya berkat keshalihannya pada anak-anak dan cucu-cucunya sepeninggalnya seperti yang disebutkan dalam firman Allah, “Sedang ayah keduanya adalah seorang yang shalih” (QS, al-Kahf:82); keduanya (anak yatim dalam ayat tersebut-red.,) dijaga berkat keshalihan ayah mereka.
Sumber: asy-Syifaa` Ba’da al-Maradl karya Ibrahim bin ‘Abdullah al-Hazimy, hal.32-33, no.9 sebagai yang dinukilnya dari Nuur al-Iqtibaas Fii Misykaah Washiyyah an-Nabiyy Li Ibn ‘Abbas karya al-Hafizh Ibn Rajab al-Hanbaly, hal.33-34