HUKUM mengambil buah yang rontok/jatuh dari pohonnya, terutama pohon yang rantingnya menjorok ke jalan, menurut imam As-Suyuthi –rahimahullah-(wafat : 911 H) dikembalikan kepada “adat” yang berlaku di daerah masing-masing:
(1). Jika hal itu dianggap hal biasa, dalam arti boleh dan tidak dipermasalahkan oleh pemiliknya, maka hukumnya mubah (boleh).
BACA JUGA: Mencurigai Diri Sendiri
(2).Tapi jika dianggap hal yang terlarang, maka hukumnya haram.
Hal ini berdasarkan kaidah :
الْعَادَةُ مُحَكَّمَةٌ
“Adat merupakan hukum (yang diamalkan oleh syara’).”
Beliau –rahimahullah- berkata :
الْقَاعِدَةُ السَّادِسَةُ الْعَادَةُ مُحَكَّمَةٌ اعْلَمْ أَنَّ اعْتِبَارَ الْعَادَةِ وَالْعُرْفِ رُجِعَ إلَيْهِ فِي الْفِقْهِ، فِي مَسَائِلَ لَا تُعَدُّ كَثْرَةً.فَمِنْ ذَلِكَ:…وَتَنَاوُلُ الثِّمَارِ السَّاقِطَةِ
“Kaidah keenam : Adat merupakan hukum yang diamalkan dalam syara’. Ketahuillah ! sesungguhnya diperhitungkannya adat sebagai sebuah perkara yang (hukum) fiqh dikembalikan kepadanya, berlaku dalam masalah yang sangat banyak, diantaranya…mengambil buah yang jatuh/rontok.” [Al-Asybah wan Nadzair : 90]
BACA JUGA: Hati-hati dengan Rasa Curiga
Kalau di daerah kami (penulis), boleh. Bagaimana di daerah anda ?
Facebook: Abullah Al-Jirani