PERNAHKAN Anda bertanya pada diri sendiri, setiap kali ada kejadian tidak mengenakan, “Mengapa aku?”
Pekan lalu, sohib saya di kantor, jadi korban antara sebuah penipuan. Ceritanya, entah gimana, KTP-nya diduplikasi oleh seorang jahat untuk melakukan penipuan penjualan komputer. Cuma foto wajahnya saja yang diganti. Semua data lainnya tetap punya dia: nama, tanggal lahir dan alamat, beserta tanda tangan. Canggih kan?
Korbannya adalah seorang tentara. Ketika tentara itu datang ke kantor, dikawal dua orang ajudan, kaget bener sohib saya tersebut. Segera setelah melakukan konfirmasi satu sama lain, berlalulah sang tentara seraya meyakini ia kena tipu. Sohib saya, langsung berbisik pelan ke saya, “Apa yang salah dengan saya? Mengapa aku?”
Saya tertawa kecil, “Maksudmu, there are million people there, and why ‘me’?”
BACA JUGA: Suami Belanja, Bener Apa Bener?
Dia meringis.
“Many times,” ujar saya kemudian, “God chooses us to face something terrible not because we’ve done something wrong, yet He knows we can stand of it, and to find our position in life.”
Dia tertawa.
Satu hari berikutnya kemudian, istri saya berbicara panjang lebar soal pengalaman getir di masa lalu. Ia menangis dalam, dan saya mendengarkan dengan saksama. Pertanyaan yang sama menyeruak dalam kepala istri saya: mengapa aku yang dipilih dalam masalah itu? Saya tersenyum, dan menjawab normatif, “Allah SWT ingin memberimu lebih dalam kehidupan saat ini. Lihatlah aku. Anak-anakmu. Kehidupanmu ada di sini. Di kami. Bukan cuma di dunia ini. Tapi kelak di akhirat nanti, insyaAllah …”
Beberapa menit lalu, sambil dia menisiki kancing-kancing kemeja saya yang copot, sementara saya mengetik pekerjaan dan dua anak sudah terlelap sementara yang sulung masih bercanda dengan kucing kecil kami, ia menceritakan beberapa hal lainnya yang serupa: kenapa ada kucing kampung yang setiap pagi datang ke belakang rumah dan minta makan, kenapa ada petugas penyuluhan yang menerangkan soal pemilihan kepada penderita gangguan jiwa, dan hal lainnya lagi, sehingga kami tertawa bersama, namun muaranya adalah, “Mengapa aku?”
Saya meyakini, tak ada kebetulan di dunia ini. “Mengapa aku?” menjadi sebuah wacana besar tentang keberadaan kita di dunia ini.
BACA JUGA: Si Kribo
Dari hal sepele, sampai hal-hal penting dalam kehidupan kita. “Mengapa aku?” adalah sebuah pertanyaan paling ofensif akan nasib, kejadian buruk, sejenisnya. Padahal bisa jadi, “Mengapa aku?” kita hanya segelintir dari nikmat besar yang diberikan Allah SWT di sekeliling kita—misalnya mendengarkan nafas anak-anak yang tertidur di kasur mereka di hening malam atau bahwa kita sehat dan bisa menikmati kopi tanpa harus khawatir soal kesehatan tubuh yang rumit. Sesungguhnya, rasa syukur kita akan nikmat yang diberikan oleh Allah SWT bisa melebihi apapun anugerah-anugerah yang pernah ada. Allahu alam. []