AISYAH mengajukan pertanyaan cerdas pada Rasulullah SAW, ia berkata, “Bagaimana menurutmu apabila engkau singgah di sebuah lembah di mana di sana terdapat rerumputan yang telah dijamah oleh ternak gembala dan rerumputan yang belum dijamah. Di lembah manakah engkau melepas untamu?” Nabi SAW menjawab, “Di rerumputan yang belum dijamah.”
Pertanyaan yang sangat cerdas, menggambarkan betapa tingginya ilmu, adab, dan kesopanan dari penanya. Maksud Aisyah mengajukan pertanyaan itu adalah agar ia mengetahui, siapa dari istri-istri nabi yang masih hidup, yang paling ia sukai.
Dengan penuh kehormatan dan kesopanan pada Nabi, ia mengibaratkan lembah yang belum dijamah sebagai gambaran dirinya yang masih perawan, dengan lembah yang sudah pernah dijamah sebagai gambaran para madunya yang sudah janda ketika menikah dengan Nabi SAW.
BACA JUGA: Berapa Kali dalam Sepekan Suami Istri Berhubungan?
Dan Nabi pun lebih menyukai yang masih perawan, bahkan ia pernah bersabda, “Nikahlah dengan gadis perawan karena mereka itu lebih manis bibirnya, lebih subur rahimnya, dan lebih ridha dengan yang sedikit,” (HR. Ibnu Majah dan Baihaqi dari Uwaimir bin Saidah RA).
Dalam hadits ini telah jelas menunjukkan keutamaan menikah dengan gadis yang masih perawan dibandingkan dengan janda. Hal ini dikarenakan akan terasa perbedaannya yang akan dirasakan bagi orang yang telah mengalaminya. Ia akan memberikan cinta yang lebih tulus dan dalam kepada sang suami, karena belum pernah dijamah dengan lelaki lain, sedap mulutnya, manis kata-katanya, dan lembut tutur bicaranya, penuh penghormatan sehingga lebih menarik hati.
Ditambah sikap manja yang disertai canda yang dapat menyegarkan jiwa dan pikiran. Ia pun Insya Allah akan rela terpaksa harus hidup dengan keadaan yang pas-pasan, walaupun sebenarnya mereka tidak menginginkan hal ini terjadi. Namun baik bagaimana pun keadaannya, yang penting keluarga kecil mereka merasakan bahagia, karena rezeki telah diatur oleh Allah SWT, tinggal kitanya saja yang perlu berusaha dan terus berikhtiar.
Dari pihak suami pun akan lebih memberikan kasih sayangnya yang besar karena merasa mendapatkan gadis yang tentu masih orisinal. Jika diibaratkan dengan barang, barang yang orisinal tentu akan lebih mengesankan, karena dirinyalah orang pertama yang menjamahnya. Dari sinilah cinta hangat dan kemesraan akan terus tumbuh diantara suami dan istri.
BACA JUGA: Suami Istri Nonton Film Porno, Bagaimana Hukumnya Dalam Islam?
Namun ada yang perlu diingat, pembedaan ini karena umumnya wanita janda yang telah memiliki anak akan lebih memfokuskan kepentingannya untuk sang anak, sehingga suami akan dinomorduakan. Ia juga pasti masih terbayang-bayang dengan suaminya terdahulu, sebagaimana Ali RA berkata, “Hal yang tidak bisa atau sangat sulit dilupakan oleh seorang wanita adalah orang yang pertama menggaulinya dan anak yang pertama dilahirkannya.”
Dari pihak suami pun biasanya jika menikahi janda, maka ia akan membenci orang yang pernah menggauli istrinya. Jika ini terjadi, maka tidak pada tempatnya lelaki membenci mantan suaminya. Namun terdapat catatan pula apabila ia ingin menikahi seorang janda yang benar-benar ia cintai, dan dapat menerima segala resiko yang ada, tidak mengapa. Karena tidak ada salahnya dan larangan menikah dengan seorang janda, hanya saja Nabi SAW menganjurkan untuk menikah dengan gadis yang masih perawan. []
Sumber : Agar Jodoh Idaman Berlabuh di Pelaminanan, Mas Udik Abdullah, Pro – U Media, Yogyakarta, 2013