ALLAH Ta’ala berfirman: “Peliharalah semua shalat, dan (peliharalah) shalat wustha (ashar). Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’.” (QS. Al-Baqarah: 238)
Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Dari Abu Hurairah: “Para malaikat malam dan malaikat siang silih berganti mendatangi kalian. Dan mereka berkumpul saat shalat subuh dan ashar. Kemudian malaikat yang menjaga kalian naik ke atas hingga Allah Ta’ala bertanya kepada mereka -dan Allah lebih mengetahui keadaan mereka (para hamba-Nya)-, “Dalam keadaan bagaimana kalian tinggalkan hamba-hambaKu?” Para malaikat menjawab, “Kami tinggalkan mereka dalam keadaan sedang mendirikan shalat. Begitu juga saat kami mendatangi mereka, mereka sedang mendirikan shalat.” (HR. Al-Bukhari no. 555 dan Muslim no. 632)
Dari Jarir bin ‘Abdillah -radhiallahu anhu- dia berkata: “Pada suatu malam kami pernah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu beliau melihat ke arah bulan purnama. Kemudian beliau bersabda, “Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan purnama ini. Dan kalian tidak akan saling berdesakan dalam melihat-Nya. Maka jika kalian mampu untuk tidak terkalahkan dalam melaksanakan shalat sebelum terbit matahari (subuh) dan sebelum terbenamnya (ashar), maka lakukanlah.” Beliau kemudian membaca ayat, “Dan bertasbihlah sambil memuji Rabbmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya.” (QS. Qaf: 39) (HR. Al-Bukhari no. 554 dan Muslim no. 633)
Berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Abu Musa
“Barangsiapa yang mengerjakan shalat pada dua waktu dingin (subuh dan ashar), maka dia akan masuk surga.” (HR. Al-Bukhari no. 574 dan Muslim no. 635)
Berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda: Buraidah: “Barangsiapa yang meninggalkan shalat ashar maka sungguh amalannya telah terhapus.” (HR. Al-Bukhari no. 553)
Penjelasan ringkas:
Shalat ashar adalah shalat wustha (pertengahan) yang Allah tekankan untuk dijaga, dimana Nabi -alaihishshalatu wassalam- telah menjadikannya bersama shalat subuh sebagai sebab masuknya seseorang ke dalam surga.
Sebaliknya, beliau memperingatkan bahwa meninggalkan shalat ashar merupakan sebab terhapusnya amalan seorang hamba, sebagaimana dalam hadits Buraidah di atas. Dan Imam Ahmad -rahimahullah- berpendapat agar hadits-hadits ancaman semacam ini tidak perlu ditafsirkan agar guna lebih mempertakuti orang yang berniat untuk melanggarnya.
Hadits Abu Hurairah di atas menunjukkan bagaimana perhatian Allah kepada para hamba-Nya, tatkala Dia mengutus para malaikat untuk mencatat amalan mereka, ada yang bertugas dari subuh sampai sore dan ada yang bertugas dari sore sampai subuh. Karenanya shalat subuh dan ashar merupakan dua shalat yang disaksikan oleh para malaikat. Ini sebagai bantahan tersendiri kepada para penganut filsafat yang mengingkari adanya wujud malaikat.
Kemudian dalam hadits Jarir di atas disebutkan salah satu akidah pokok dari akidah-akidah ahlussunnah, yaitu bahwa kaum mukiminin kelak akan melihat Allah pada hari kiamat di dalam surga. Para ulama menyatakan: Ada tiga masalah, siapa yang menerimanya maka dia adalah ahlussunnah dan siapa yang menolaknya maka dia ahli bid’ah: Al-Uluw (sifat tinggi Allah), al-kalam (bahwa kalam Allah bukan makhluk), dan ar-ru`yah (bahwa Allah akan dilihat di surga). Allahu alam. []