Oleh: Siti Masliha, S.pd
Aktivis Muslimah Peduli Generasi
lia.sitimasliha@gmail.com
WABAH Corona yang melanda bangsa kita membuat Pemerintah mengeluarkan kebijakan belajar di rumah bagi pelajar untuk memutus mata rantai penyebaran virus Corona ini. Saat ini adalah masa ujian akhir bagi para pelajar yang akan menyelesaikan masa studinya. Namun pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk menghapus Ujian Nasional (UN).
Pemerintah juga mengeluarkan kebijakan mengumuman kelulusan siswa dengan cara On line untuk menghidari terjadinya cotar-coret di kalangan pelajar. Namun hal ini di luar dugaan pemerintah, sebagian pelajar tetap melakukan aksi corat-coret untuk merayakan uforia kelulusannya.
Sejumlah foto dan video siswa SMA di Kabupaten Rokan Hulu (Rohul), Riau, viral dengan aksi coret baju dengan coretan yang dianggap tak senonoh di tengah wabah virus Corona. Aksi para pelajar ini sempat dibubarkan pihak kepolisian. “Kita sudah meminta klarifikasi dari SMA I Kecamatan Kunto Darussalam, di Rohul. Dibenarkan itu adalah siswa dari sekolah tersebut yang lagi merayakan kelulus. Tapi mereka tidak sempat konvoi, hanya mereka berada di lapangan terbuka. Belum sempat konvoi, mereka sudah dibubarkan pihak kepolisian setempat,” kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Riau Kaharuddin saat dimintai konfirmasi detikcom, Senin (4/5).
Selain aksi corat-coret seragam para pelajar yang merayakan uforia kelulusan ini juga melakukan aksi yang tidak senonoh. Aksi tersebut antara lain, memperlihatkan seorang siswi yang dikelilingi oleh sejumlah siswa. Ada juga siswa dan siswi yang berpelukan. Selain itu mereka juga melakukan aksi keluyuran disaat mewabahnya virus corona atau Covid-19. Mereka juga melakukan konvoi jalan di sekitar Kecamatan Kunto Darussalam. Hal ini sekarang suasana ramadhan rasanya tidak etis juga seperti itu, melenceng dari tradisi kita.
Sungguh contoh di atas telah mencoreng wajah dunia pendidikan. Pendidikan Indonesia yang sangat menjaga norma ketimuran dan norma agama di rusak oleh sebagian ulah para pelajar yang tidak bertangung jawab.
Pelajar kita sekarang mengalami degradasi moral. Coba kita lihat tingkah laku para remaja dari hari ke hari yang jauh dari norma agama. Namun mereka melakukan hal ini tanpa rasa berdosa. Remaja kira saat ini telah terjangkiti degedrasi moral secara akut. Degradasi berarti kemunduran, kemerosotan atau penurunan dari suatu hal. Sedangkan moral adalah akhlak atau budi pekerti menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jika kita interpretasikan keduanya maka degradasi moral merupakan suatu fenomena adanya kemerosotan atas budi pekerti seseorang maupun sekelompok remaja.
Jika kita ambil benang merah mengapa degradasi moral ini terjadi dikalangan remaja salah satu penyebabnya adalah arus globalisasi dari Barat. Barat dengan kebudayaan bebasnya menggerogoti budaya kita yang kental dengan budaya agama yang religius.
Para remaja menelan mentah-mentah budaya kebebasan sehingga mereka mengaplikasikan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Apa yang kita saksikan sekarang ini prilaku remaja membuat dada kita semakin sesak. Narkoba, pergaulan bebas, sex party dan lain sebagainya menjadi pemandangan yang biasa dikalangan remaja. Jelas dari fenomena ini remaja kita telah mengalami degradasi moral yang akut.
Selain globalisasi kontrol dari orang tua juga menjadi salah satu penyebab terjadinya degradasi moral dikalangan remaja. Orang tua adalah pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya. Jangan sampai orang tua “cuci tangan” menyerahkan pendidikan anaknya kepada pihak sekolah. Sebagian orang tua menyerahkan pendidikan dan perkembangan prilaku anaknya kepada pihak sekolah. Sekolah ibarat “laundry” ketika kita datang ke tempat laundry dengan membawa baju kotor, pulang baju kita dalam keadaan bersih dan wangi. Anggapan ini salah besar, sekolah bukanlah “laundry anak” harapannya keluar dari sekolah anak dalam keadaan baik, bain dari sisi akademik maupun dari sisi budi pekerti.
Meski orang tua sudah menyekolahkan anak-anak di sekolah favorit namun sekolah tidak dapat menggantikan peran orang tua. Pendidikan, keteladanan, budi pekerti, perhatian sangat dibutuhkan bagi tumbuh kembang anak-anaknya. Kurangnya kontrol dan perhatian dari orang tua menyebabkan anak tergerus moralnya. Sehingga anak mencari pelarian yang salah.
Itulah kondisi remaja kita saat ini, Bagaimana nasib bangsa kita kedepan jika tingkah laku para remaja seperti ini? Padahal tampuk kepemimpinan bangsa kita beberapa tahun kedepan ada di tangan mereka. Merekalah calon pemimpin bangsa kita di tahun-tahun yang akan datang.
Ada sebuah pepatah yang berbunyi, “Negara yang tangguh salah satunya bisa dilihat dari sosok pemudanya.” Bahkan Rasulullah SAW mengisyaratkan bahwa pemuda adalah salah satu dari lima pilar yang dibutuhkan untuk membangun negara tangguh selain pemimpin yang adil, ulama, wanita solehah, dan ummat yang baik.
Seharusnya, kita sebagai pemuda/i Islam merasa tersanjung dengan hal tersebut kemudian berusaha melakukan yang terbaik untuk mewujudkannya. Tapi, mungkin saja, ada beberapa dari kita merasa bingung, tidak puas dan bertanya,
“Kenapa harus pemuda?” Jawabannya cukup sederhana, karena pemuda adalah kumpulan anak-anak muda dengan semangat besar, daya serap dan pikir yang cepat juga fisik yang masih prima.
Dalam pandangan Islam pemuda adalah aset yang berharga, karena merekalah calon pemimpin masa depan. Di usia belia mereka sudah menorehkan prestasi yang luar biasa dan cemerlang yang mengguncang dunia. Pemuda Islam tersebut antara lain, Az Zubair bin Awwan. Ia adalah sosok pemuda teman diskusi Rasulullah, anggota pasukan berkuda, tentara yang pemberani, pemimpin dakwah Islam di zamannya dalam usia 15 tahun.
Sementara Thalhah bin Ubaidillah, mendapat julukan dari Rasulullah: Thalhah si pemurah, Thalhah si Dermawan di usianya yang masih sangat muda.
Juga Sa’ad bin Abi Wawash, seorang ksatria berkuda Muslimin paling berani di saat usianya baru menginjak 17 tahun. Ia dikenal sebagai pemanah terbaik, sahabat utama yang pertama kali mengalirkan darahnya untuk Islam, lelaki yang disebut Rasulullah sebagai penduduk surga.
Zaid bin Tsabit, mendaftar usia 13 tahun, pemuda jenius mahir baca-tulis. Hingga Rasulullah bersabda memberi perintah: “Wahai Zaid, tulislah….”. Ia mendapat tugas maha berat, menghimpun wahyu, di usia 21 tahun.
Juga Usamah bin Zaid, namanya terkenal harum sejak usia 12 tahun, mukmin tangguh dan muslim yang kuat.
Subhanallah kisah di atas bukanlah dongeng atau cerita fiktif yang selama ini kita saksikan di televisi. Mereka adalah manusia biasa yang nyata seperti kita, yang telah mengukir prestasi gemilang di masa mudanya. Merekalah adalah pemuda Islam yang mampu mengharumkan agama Allah dalam keremajaannya. []
Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi di luar tanggung jawab redaksi.