KETIKA Allah SWT memberi hewan ternak telinga dan mata supaya dapat melaksanakan keperluannya dengan sempurna. Juga agar manusia dapat memanfaatkannya dengan sempurna pula. Sebab kalau buta dan tuli, manusia tidak dapat menggunakannya. Tapi Allah SWT tidak memberimya akal dengan raganya yang lebih besar dari badan manusia, supaya manusia dapat menundukkan dan mengarahkannya ke manapun ia suka.
Seandainya hewan-hewan itu diberi akal dengan jasad yang besar seperti itu, tentu ia tidak mau tunduk kepada manusia. Hewan-hewan ternak itu diberi sedikit pemahaman yang cukup untuk membantu pemenuhan kebutuhannya dan kebutuhan manusia, tapi tidak diberi akal seperti manusia.
BACA JUGA: Menyembelih Hewan Kurban, Ini Bacaan Doanya
Kemudian, perhatikan bagaimana manusia menggiring dan menyeretnya meski badannya besar. Manusia tidak dapat melakukan semua itu kalau bukan karena Allah SWT telah menundukkannya.
Allah SWT berfirman, “Dan menjadikan untukmu kapal dan binatang ternak yang kamu tunggangi, Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan, ‘Maha Suci Dia yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal sebelumnya kami tidak mampu menguasainya,” (QS. az-Zukhruuf: 12-13).
“Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakan binatang ternak untuk mereka yaitu sebagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami sendiri, lalu mereka menguasainya? Dan Kami tundukkan binatang-binatang itu untuk mereka. Maka, sebagiannya menjadi tunggangan mereka dan sebagiannya mereka makan,” (QS. Yaasiin: 71-72)
Makanya, Anda lihat seekor unta yang besar menurut saja dituntun oleh anak kecil. Kalau unta itu berontak, mudah saja baginya membuat si anak terjungkal dan badannya patah-patah. Tanyailah orang yang ingkar, siapa yang menundukkannya sehingga hewan yang kuat seperti itu menurut kepada manusia lemah, yang tergolong makhluk paling lemah?
BACA JUGA: Najiskah Kotoran dan Air Kencing Hewan?
Dengan taskhiir (penundukan) itu, manusia memusatkan diri kepada maslahat-maslahat kehidupan dan akhiratnya. Kalau manusia melakukan pekerjaan seperti yang dilakukan hewan, tentu tidak dapat menyelesaikan banyak pekerjaan lain. Karena, tidak cukup satu orang untuk membawa muatan seekor unta. Untuk melakukan pekerjaan seperti ini diperlukan beberapa orang, dan kadang mereka tetap saja tidak mampu. Tentu saja itu menghabiskan waktu dan menghalangi mereka menyelesaikan banyak urusan. Maka, mereka dibantu dengan hewan-hewan ini, di samping hewan-hewan itu juga punya faedah dan manfaat yang tidak terhitung kecuali oleh Allah SWT. Di antaranya sebagai makanan, minuman, obat, pakaian, perhiasan, perabot, kendaraan, membajak tanah, dan Iain-lain. []
Referensi: Kunci Kebahagian/Ibnu Qayyim/Akbar Eka Sarana/2004