IMAM Baihaqi meriwayatkan bahwa suatu ketika Rasulullah SAW hendak bermalam di sebuah tempat sepulangnya dari peperangan. Beliau dan pasukannya mendirikan perkemahan di sana. Ammar bin Yasir RA dari kaum Muhajirin dan Abbad bin Bashir RA dari golongan Anshar menawarkan diri untuk menjaga kemah Rasulullah SAW.
Mereka pun berjaga di puncak bukit yang kemungkinan akan dilalui oleh musuh. Abbad r.a berkata kepada Ammar RA, “Bagaimana kalau kita berjaga secara bergiliran? Sekarang aku yang berjaga dan kamu boleh tidur. Berikutnya giliran kamu yang berjaga dan aku yang tidur.”
BACA JUGA: Siapa yang Mengurusmu, Wahai Ibu?
Ammar RA menyetujuinya, lalu merebahkan diri dan langsung terlelap dengan nyenyaknya. Sambil berjaga, Abbad RA melaksanakan shalat. Tiba-tiba sebatang anak panah musuh menancap di tubuhnya. Disusul dengan dua anak panah berikutnya.
Ia pun segera menyelesaikan shalatnya, lalu mencabut ketiga anak panah tersebut. Setelah itu, ia membangunkan sahabatnya yang tertidur, “Hai, Ammar! Bangunlah, ada musuh!”
Mereka berdua pun menembus kegelapan malam mencari musuh penembak anak panah tersebut. Namun, mereka kalah cepat. Musuh telah lebih dahulu kabur.
BACA JUGA: Aku akan Mencari Kayu Bakar
Situasi pun aman kembali. Ammar RA terkejut ketika menyadari bahwa tubuh Abbad RA sudah berlumuran darah. Ia pun bertanya kepada Abbad RA, “Mengapa kamu tidak membangunkanku?”
Abbad RA menjelaskan peristiwa yang menimpanya, “Ketika aku berjaga, aku melaksanakan shalat dan tengah membaca Surat Al-Kahfi. Aku tidak akan ruku’ sebelum menyelesaikan bacaan surat itu. Namun, ketika aku merasa anak panah ketiga menembus tubuhku, aku khawatir dengan keselamatan Rasulullah SAW. Lalu, aku segera menyelesaikan shalatku dan membangunkanmu. Jika tidak, sudah pasti aku akan menamatkan bacaan surat tersebut sebelum ruku’ meskipun aku akan mati tertancap panah musuh.”[]