TATKALA sadar telah melakukan kesalahan kepada orang lain, kita dianjurkan untuk segera meminta-maaf. Tapi tidak salah juga apabila kita meminta maaf di momen lain semisal di waktu lebaran, bukan? Karena Hari Raya, terutama di Indonesia, dengan segala fasilitas liburan dan budayanya, adalah saat di mana kita menuai kegembiraan atas kesempatan bersilaturahim kepada keluarga, kerabat, dan orang-orang di sekitar kita. Selain itu mengapa kita meminta maaf di Hari Raya?
Pertama, untuk mengugurkan dosa atau kesalahan yang pernah kita lakukan kepada sesama manusia. Dosa kita kepada Allah dapat dihapus dengan taubat dan istighfar. Sedangkan dosa kepada manusia baru dapat dihapus dengan meminta maaf.
BACA JUGA: Bagaimana Sholat Hari Raya Idul Fitri?
Di akhirat nanti, orang yang paling merugi adalah orang yang pahalanya habis untuk membayar kesalahan-kesalahannya yang pernah ia lakukan kepada manusia di masa hidupnya di dunia.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa telah melakukan kezaliman kepada saudaranya, baik menyangkut harga diri/kehormatan atau harta, maka pada hari ini hendaklah ia meminta dibebaskan (dihalalkan) sebelum datang hari di mana tidak berguna lagi dinar dan dirham. Apabila (orang yang berbuat zalim itu) mempunyai amal kebaikan/kesalihan, maka kesalihannya akan diambil untuk saudaranya sebesar kezalimannya kepadanya. Dan apabila ia tidak mempunyai amal kebaikan, maka dosa amal buruk saudaranya itu akan ditimpakan kepada,” (HR Bukhari).
Dalam riwayat lain yang semakna, Rasulullah saw. bersabda, “Orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang pada hari Kiamat datang membawa amalan shalatnya, puasanya, dan zakatnya. Pada saat yang sama, ia juga membawa dosa mencaci si fulan, membunuh si fulan, memakan harta si fulan. Pahala kebaikan-kebaikannya lalu diambil untuk diberikan kepada si fulan, si fulan, dan si fulan. Apabila kebaikannya habis sebelum dosanya tertebus, akan diambilkan dari kesalahan orang-orang yang terzalimi itu untuk ditimpakan kepadanya lalu ia dimasukkan ke dalam neraka,” (HR Muslim).
Alhasil, bila dengan istighfar dan taubat mengugurkan dosa-dosa kita kepada Allah, semoga dengan saling bermaafan dan bersilaturahim menjadikan kita bersih terhadap kesalahan-kesalahan kita kepada sesama manusia. Sehingga dengan begitu, kita menjadi pribadi yang fitrah, suci, seolah memulai kehidupan kita yang baru, lantaran secara vertikal (habluminallah) kita ‘bersih’, secara horizontal (habluminannas) pun juga ‘bersih’.
Kedua, mengapa kita saling meminta maaf di Hari Raya adalah untuk memanfaatkan momentum. Perlu kita pahami, bahwa dalam Islam saling meminta dan memberi maaf tidak mesti menunggu lebaran.
Maka tunggu apa lagi? Mari saling bermaafan.
BACA JUGA: Memaafkan dan Melupakan Adalah Dua Hal yang Tak Dapat Dipisahkan
Saatnya kita tutup catatan buruk di masa lalu, dan waktunya kita buka lembaran baru kehidupan kita. Tanpa saling membenci, saling curiga, apalagi saling aniaya.
Semoga Allah menerima amal kami dan kalian, puasa kami dan puasa kalian. []