• Home
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
  • Copyright
Kamis, 15 Mei 2025
Islampos
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
Tidak ada Hasil
View All Result
Islampos
Home Syi'ar

Mengapa Poligami Sering Dipandang Negatif, Tapi Pacaran Dianggap Lumrah?

Oleh Yudi
3 minggu lalu
in Syi'ar
Waktu Baca: 3 menit baca
A A
0
poligami

Foto: Unsplash

0
BAGIKAN

POLIGAMI dan pacaran—dua kata yang sering memicu perdebatan panas di ruang publik Indonesia. Yang satu dilegalkan secara agama namun kerap dipandang negatif, sementara yang lain dilarang dalam norma agama, namun dianggap lumrah dalam kehidupan sosial sehari-hari. Lalu, mengapa masyarakat cenderung lebih keras menolak poligami, tetapi tampak lebih longgar terhadap budaya pacaran?

Poligami: Legal tapi Tidak Populer

Dalam hukum Islam, poligami diperbolehkan dengan syarat-syarat yang ketat: keadilan di antara istri-istri, kemampuan finansial, serta tujuan yang jelas dan bertanggung jawab. Bahkan, di Indonesia, praktik ini juga diatur dalam hukum negara melalui UU Perkawinan dengan prosedur khusus yang tidak mudah.

BACA JUGA: 6 Penyebab Banyak Orang Tua Muslim Izinkan Anaknya Pacaran, Padahal Islam Melarang!

Namun, di tengah masyarakat, poligami sering dianggap tabu. Banyak yang mengaitkan poligami dengan ketidakadilan terhadap perempuan, penyalahgunaan wewenang laki-laki, atau bahkan trauma sosial dari kasus-kasus yang tidak sehat.

ArtikelTerkait

Panduan Hidup Miskin yang Dijamin Anti Gagal”

Ciri-ciri Orang yang Sering Shalat Tahajud

Kuisioner Test Kejujuran

7 Cara Ampuh Mengusir Kecoak di Dalam Rumah: Solusi Praktis dan Alami

Tidak sedikit pula yang menolak poligami karena alasan modernitas: konsep “satu pasangan seumur hidup” dianggap lebih romantis dan ideal secara emosional.

Pacaran: Dilarang Agama, Dibenarkan Sosial

Sebaliknya, pacaran adalah praktik yang nyaris umum di kalangan remaja dan dewasa muda. Meski agama secara tegas melarang hubungan yang mendekati zina dan menganjurkan ta’aruf sebagai alternatif, pacaran tetap dianggap wajar—selama “tidak kebablasan.”

Bahkan dalam banyak keluarga, anak remaja yang mulai pacaran tidak ditegur keras. Justru, ketika seorang laki-laki menikah lagi secara sah (poligami), reaksi masyarakat bisa jauh lebih keras.

Dimana Letak Ketidakkonsistenan?

Fenomena ini menunjukkan adanya standar ganda sosial. Masyarakat sering kali menilai sesuatu bukan dari benar-salahnya secara prinsip, melainkan dari persepsi umum dan kenyamanan emosional.

  • Poligami dianggap menyakitkan perasaan (terutama perempuan), sehingga ditolak, meski legal.

  • Pacaran dianggap bagian dari proses menuju kedewasaan, meski dilarang agama.

Padahal, jika diukur dari sisi kejelasan hukum agama, poligami lebih memiliki landasan yang jelas dibanding pacaran.

Faktor Media dan Budaya Populer

Media dan budaya populer juga memainkan peran besar. Sinetron, drama, lagu-lagu cinta—semuanya memperkuat narasi bahwa cinta harus melalui fase pacaran. Di sisi lain, poligami sering digambarkan dalam konteks perselingkuhan atau pria tak bertanggung jawab.

Akibatnya, persepsi masyarakat terhadap dua hal ini pun ikut terbangun oleh narasi yang dikonsumsi setiap hari.

Solusi: Kembali pada Prinsip, Bukan Emosi

Untuk menghadapi fenomena ini, masyarakat perlu menata ulang cara pandang terhadap hukum agama dan budaya.

Advertisements
  • Jika kita ingin hidup dengan nilai-nilai Islam, maka baik poligami maupun pacaran harus dinilai dengan standar yang sama adilnya.

  • Poligami yang dilakukan secara sah dan bertanggung jawab seharusnya tidak lebih buruk dari pacaran diam-diam yang bisa menjerumuskan pada zina.

  • Sebaliknya, pacaran yang melanggar batas justru harus dikritisi dengan cara yang edukatif dan solutif, bukan dinormalisasi begitu saja.

BACA JUGA: Mengapa Taaruf Sebelum Menikah Lebih Baik daripada Pacaran? Ini 6 Alasannya

Akhirnya, ini bukan soal memilih membela poligami atau membela pacaran. Ini tentang konsistensi nilai. Apakah kita benar-benar peduli pada prinsip, atau sekadar menilai berdasarkan perasaan dan opini mayoritas?

Menjadi masyarakat yang adil artinya berani bersikap kritis—tidak hanya pada apa yang terasa tidak nyaman, tetapi juga pada apa yang dianggap lumrah meski melanggar nilai-nilai dasar kita. []

Tags: PacaranPoligami
ShareSendShareTweetShareScan
Advertisements
ADVERTISEMENT
Previous Post

Lebih dari 60 Persen Muslim Indonesia Tidak Konsisten Shalat Wajib, Mengapa?

Next Post

Mengapa Ada Wanita yang Mau Dijadikan Istri Kedua?

Yudi

Yudi

Terkait Posts

Kebiasaan yang Akan Menyebabkan Miskin Selamanya, Bahaya Stroke, Bahaya Akibat Sering Terkena Angin Malam, Miskin

Panduan Hidup Miskin yang Dijamin Anti Gagal”

15 Mei 2025
Tahajjud, Amalan di Pagi Hari, Shalat Taubat, Renungan, Tahajjud, Shalat Malam, shalat tahajud

Ciri-ciri Orang yang Sering Shalat Tahajud

15 Mei 2025
Dosa Suami terhadap Istri, Kuisioner Test Kejujuran

Kuisioner Test Kejujuran

15 Mei 2025
kecoak

7 Cara Ampuh Mengusir Kecoak di Dalam Rumah: Solusi Praktis dan Alami

14 Mei 2025
Please login to join discussion

Tulisan Terbaru

Kebiasaan yang Akan Menyebabkan Miskin Selamanya, Bahaya Stroke, Bahaya Akibat Sering Terkena Angin Malam, Miskin

Panduan Hidup Miskin yang Dijamin Anti Gagal”

Oleh Haura Nurbani
15 Mei 2025
0

Tahajjud, Amalan di Pagi Hari, Shalat Taubat, Renungan, Tahajjud, Shalat Malam, shalat tahajud

Ciri-ciri Orang yang Sering Shalat Tahajud

Oleh Haura Nurbani
15 Mei 2025
0

Dosa Suami terhadap Istri, Kuisioner Test Kejujuran

Kuisioner Test Kejujuran

Oleh Haura Nurbani
15 Mei 2025
0

Keutamaan Berjima di Malam Jumat, Tempat Duduk Penghuni Surga, Nasihat, Nabi Luth, Posisi Duduk yang Dimurkai, Manusia, Hasan Al-Bashri

Nasihat-nasihat yang Dalam dari Imam Hasan Al-Bashri

Oleh Saad Saefullah
15 Mei 2025
0

anak, kelaparan, pejabat

Mengapa Masih Ada Anak Kelaparan, Sementara Pejabat Hidup Mewah?

Oleh Yudi
15 Mei 2025
0

Terpopuler

Adakah Penduduk Indonesia yang Masih Mendapatkan Gaji hanya 2 Juta / Bulan?

Oleh Saad Saefullah
14 Mei 2025
0
Uang Istri, sedekah, gaji

Jumlah pasti penduduk Indonesia yang berpenghasilan sekitar Rp2 juta per bulan tidak tersedia secara langsung.

Lihat LebihDetails

Jenis-jenis Karbohidrat yang Lebih Berbahaya daripada Gula

Oleh Dini Koswarini
15 Mei 2025
0
Akibat Terlalu Sering Minum Minuman yang Manis, Karbohidrat

Berikut ini adalah jenis-jenis karbohidrat yang bisa lebih berbahaya daripada gula biasa, terutama jika dikonsumsi secara berlebihan dan tanpa kontrol.

Lihat LebihDetails

Tanda-tanda Ginjal Bermasalah, yang Bisa Kenali Mulai dari Kepala hingga Kaki

Oleh Haura Nurbani
15 Mei 2025
0
Bahaya Jantung ketika Sudah Kotor Lebaran, Ginjal

Menyadari gejala ini sejak dini penting untuk mencegah kerusakan ginjal yang lebih parah.

Lihat LebihDetails

Lelaki Harus Shalat Shubuh di Masjid, Ini Alasannya

Oleh Saad Saefullah
24 Januari 2017
0
Foto: The Atlantic

Ada banyak pahala yang akan ia raih.

Lihat LebihDetails

Cara Singkat Tulis ‘Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ﷺ di Microsoft Word, Ini Dia

Oleh Saad Saefullah
19 Oktober 2024
1
Nabi Muhammad Keutamaan Membaca Sholawat, Waktu Terbaik Bershalawat, Sholawat, Ciri Fisik Rasulullah, Wasiat Nabi Sebelum Wafat, Cara Bershalawat yang Benar kepada Nabi, Keistimewaan Rasulullah, Kebiasaan Nabi Muhammad ﷺ, Rasulullah

Selain untuk membuat karakter shalawat tersebut, kita juga bisa membuat lafadz Allah (ﷲ), Muhammad (ﷴ), Basmalah (﷽), Jalla Jalaluhu (ﷻ)...

Lihat LebihDetails
Facebook Twitter Youtube Pinterest Telegram

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.