TIDAK ada perbedaan di kalangan ulama mengenai haramnya suap. Di dalam ayat Al-Quran memang tidak disebutkan secara khusus istilah suap-menyuap atau rusywah. Namun Imam Al Hasan dan Said bin Zubair menafsirkan ungkapan Alquran yaitu “akkâlûna lis-suḫt” suatu sebagai rusywah atau suap.
سَمّٰعُوْنَ لِلْكَذِبِ اَكّٰلُوْنَ لِلسُّحْتِۗ فَاِنْ جَاۤءُوْكَ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ اَوْ اَعْرِضْ عَنْهُمْۚ وَاِنْ تُعْرِضْ عَنْهُمْ فَلَنْ يَّضُرُّوْكَ شَيْـًٔاۗ وَاِنْ حَكَمْتَ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِالْقِسْطِۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ ٤٢
sammâ‘ûna lil-kadzibi akkâlûna lis-suḫt, fa in jâ’ûka faḫkum bainahum au a‘ridl ‘an-hum, wa in tu‘ridl ‘an-hum fa lay yadlurrûka syai’â, wa in ḫakamta faḫkum bainahum bil-qisth, innallâha yuḫibbul-muqsithîn
“Mereka (orang-orang Yahudi itu) sangat suka mendengar berita bohong lagi banyak memakan makanan yang haram. Maka, jika mereka datang kepadamu (Nabi Muhammad untuk meminta putusan), berilah putusan di antara mereka atau berpalinglah dari mereka. Jika engkau berpaling, mereka tidak akan membahayakanmu sedikit pun. Akan tetapi, jika engkau memutuskan (perkara mereka), putuskanlah dengan adil. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil.” (QS Al-Maidah ayat 42)
BACA JUGA: Apakah Sogok atau Suap Haram secara Mutlak?
Kalimat “akkâlûna lis-suḫt” secara umum memang sering diterjemahkan dengan memakan harta yang haram. Namun konteksnya menurut kedua ulama tadi adalah memakan harta hasil suap menyuap atau korupsi. Jadi rusywah atau suap-menyuap identik dengan memakan barang yang diharamkan oleh Allah Subhanahu Wa ta’ala sebagaimana dalam firman-Nya:
وَلَا تَأْكُلُوْٓا اَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوْا بِهَآ اِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوْا فَرِيْقًا مِّنْ اَمْوَالِ النَّاسِ بِالْاِثْمِ وَاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَࣖ ١٨٨
wa lâ ta’kulû amwâlakum bainakum bil-bâthili wa tudlû bihâ ilal-ḫukkâmi lita’kulû farîqam min amwâlin-nâsi bil-itsmi wa antum ta‘lamûn
“Janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada para hakim dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui.” (QS Al-Baqarah 188)
Selain itu, ada banyak sekali dalil Hadis yang mengharamkan suap menyuap dengan ungkapan yang sharih. Sebagaimana yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda: “Allah laknat penyuap dan penerima suap dalam hukum pemerintahan.” (HR Ahmad, Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
BACA JUGA: Misteri Permintaan Theodor Herzl, Tokoh Zionis, Suap Sultan Abdul Hamid II untuk Jajah Palestina
Dalam hadis tersebut Rasulullah ﷺ secara jelas menghukumi orang yang melakukan suap dan yang menerimanya dengan laknat yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wa ta’ala. Artinya, perbuatan suap-menyuap di dalam pandangan agama Islam bukan sebatas perbuatan yang diharamkan, namun Allah melaknat orang-orang yang melakukannya.
Dari Abdullah bin Amru, Rasulullah ﷺ juga bersabda: “Laknat Allah bagi penyuap dan penerima suap. ” (HR Khamsah dishahihkan oleh At-Tirmidzi)
Dari Tsauban ra: “Rasulullah ﷺ melakukan penerima suap, dan perantaranya.” (HR Ahmad) []
SUMBER: PUSAT STUDI ISLAM