2. Status
POLIGAMI dilakukan untuk menaikkan status. Perempuan yang dinilkahi seorang kyai akan naik statusnya menjadi nyai. Demikian juga bila dinikahi seorang dokter, akan disebut istri/ ibu dokter, begitu seterusnya. Semakin tinggi status suami, semakin tinggi pula status yang akan disandang istrinya.
Naiknya status perempuan ke tingkat yang lebih tinggi ini juga berlaku dalam tradisi di beberapa daerah di Indonesia.
3. Ketertarikan Fisik/ Jima
Al Qarafi, seorang pakar fiqih terkemuka dari mazhab Maliki dalam bukunya yang terkenal, al Faruq, sebagaimana dikutip dari Fiqih Perempuan karya Husein Ahmad, mengemukakan perbedaan antara urusan seksual dan urusan ekonomi bagi perempuan. Urusan jima bagi perempuan dipandang lebih penting dan lebih berharga daripada harta benda, betapapun besarnya.
Selain itu, menurut al-Qarafi lagi, relasi seksual seseorang seringkali dilandasi oleh kepentingan hawa nafsu. Orang, untuk kepentingan ini, seringkali mau mengorbankan harta bendanya. Kalau sudah urusan begini, pikiran sehat perempuan seringkali tertutup.
4. Cinta
Slogan Love is Blind berlaku bagi siapa saja. Tak hanya pada pasangan dalam naungan poligami. Sama-sama cinta, sama-sama suka, menjadikan seseorang berani melakukan apa saja, termask menerima pinangan seorang lelaki beristri.
5. Agama
Ketaatan agama seseorang juga bisa jadi alasan perempuan mau dimadu. Sebagaimana yang dilakukan janda para sahabat yang mau menerima pinangan nabi SAW. Dan faktor ini merupakan pilihan paling aman di antara yang lainnya.
Doktrin agama disebut-sebut sebagai faktor dominan mengapa perempuan mau di poligami. Anggapan masyarakat yang menyatakan lebih baik jadi istri kedua dan seterusnya daripada menjanda atau menjadi perempuan tua mengokohkan praktik poligami. Ada unsur peneguh ketakwaan perempuan (istri) disandarkan pada ada tidaknya sebuah pernikahan.
AD Kusumaningtyas, yang pernah melakukan penelitian di Garut terkait dengan persoalan maunya perempuan dipoligami, menambahkan, doktrin agama tersebut didukung oleh dua faktor besar yang mengukuhkan poligami. Pertama, kultur permisif masyarakat. Kedua, kultur diam (kecenderungan sifat) pada perempuan.
Pentingnya Komunikasi
Terlepas dari faktor apa pun yang menyebabkan seorang wanita mau menjadi istri kedua, yang terpenting untuk dilakukan adalah bagaimana seorang madu mampu membangun hubungan yang baik dengan keluarga suaminya, baik istri pertamanya maupun anak-anaknya.
Seorang istri kedua harus menyadari bahwa dirinya adalah orang baru dalam lingkungan keluarga besar suami, sehingga ia harus pandai-pandai membawa diri. Ia harus berusaha mengambil hati istri pertama dengan sikap dan akhlak yang baik dan penuh sopan santun. Ia tidak boleh meminta perhatian dan perlakuan khusus dari suami melebihi hal yang wajar.
Dan yang paling penting dari itu semua adalah bagaimana ia mampu menjalin komunikasi yang baik dan penuh kesantunan kepada istri pertama suami, sehingga hubungan mereka berdua bisa harmonis. Mungkin kita tidak mampu menutup semua luka yang diderita oleh istri pertama, tetapi paling tidak kita sudah berusaha berbuat baik kepadanya sebaik yang kita mampu.
“Ingatlah, aku berpesan agar kalian berbuat baik terhadap perempuan karena mereka sering menjadi sasaran pelecehan di antara kalian, padahal sedikit pun kalian tidak berhak memperlakukan mereka kecuali untuk kebaikan itu,” (HR. Turmudzi). []
HABIS
REDAKTUR: RIKA RAHMAWATI | SUMBER: MAJALAH HIDAYAH EDISI 67