KETIKA melihat orang lain melakukan suatu kemaksiatan, berbuat dosa. Maka janganlah kita mencelanya apalagi sengaja menggunjingnya di hadapan orang lain.
Dari Mu’adz bin Jabal, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
مَنْ عَيَّرَ أَخَاهُ بِذَنْبٍ لَمْ يَمُتْ حَتَّى يَعْمَلَهُ
“Siapa yang menjelek-jelekkan saudaranya karena suatu dosa, maka ia tidak akan mati kecuali mengamalkan dosa tersebut.” (HR. Tirmidzi no. 2505)
BACA JUGA: Ganti Dosa dengan Amal Shalih
Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Madarijus Salikin berkata:
وَكُلُّ مَعْصِيَةٍ عُيِّرَتْ بِهَا أَخَاكَ فَهِيَ إِلَيْكَ يَحْتَمِلُ
“Setiap maksiat yang dijelek-jelekkan pada saudaramu, maka itu akan kembali padamu.”
Para ‘ulama juga memahami bahwa menjelek-jelekkan orang lain itu berarti mengandung kesombongan (meremehkan orang lain) dan seolah-olah merasa diri telah bersih dari dosa dan inilah di antara tipu daya syaitan, yaitu membuat manusia merasa dirinya suci, merasa lebih baik dari orang lain, merasa lebih shalih dari orang lain, merasa lebih pantas dari orang lain.
Allah subhanahu ta’ala berfirman,
فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى
“Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Diaah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (QS. An Najm ayat 32)
BACA JUGA: Bolehkah Melaknat Pelaku Dosa?
Kita harus bisa memahami dan membedakan antara mencela dan menasehati. Menasihati berarti menginginkan kebaikan pada orang lain, dengan cara-cara yang tentu disukai dan mudah dia terima dan tidak di depan orang lain. Tetapi kalau menjelek-jelekkan, maka di sini ada unsur kesombongan dan meremehkan saudaranya.
Semoga Allah menjauhkan kita dari kejelekan akhlak, dari menyimpangnya amal, dari hawa nafsu dan berbagai penyakit hati lainnya.
Wallahu a’lam. []