SEBAGAI seorang manusia yang mengaku beriman pada Allah SWT, kita haruslah kuat dalam menghadapi tantangan kehidupan ini. Jangan pernah ada rasa keluh kesah atas segala ujian yang diberikan oleh Allah SWT. Sebab, ujian itu merupakan tantangan bagi kita untuk menaikkan derajat kita di dunia ini. Jika kita mampu melewatinya tanpa keluh kesah, maka insyaAllah, level keimanan kita pun akan meningkat.
Meski begitu, namanya manusia, maka ia memiliki titik kelemahan. Ada saatnya kita pun merasakan begitu sulitnya menjalani hidup. Dan sekilas pikiran keluh kesah itu selalu hadir menghampiri. Nah, ketika Anda ingin mengeluh, maka mengeluhlah hanya pada Allah SWT. Mengapa?
Mengeluh pada Allah SWT, ini yang diperbolehkan. Sebab, pada dasarnya ini sebuah do’a. Meminta kepada Allah agar apa yang kita keluhkan ini segera hilang. Lakukan saat-saat sendiri, setelah shalat fardhu, dan shalat tahajud. Sekali lagi bukan kepada manusia melalui sosial media.
Dalam kondisi tertekan tersebut Rasulullah ﷺ mengeluh dan mengadu hanya kepada Allah SWT. Seperti yang terkandung dalam QS. Al-Furqon: 30, “Dan berkatalah Rasul, ‘Ya Tuhanku! Kaumku ini sesung¬guhnya telah meninggalkan jauh Al-Quran’.”
Begitu pula dengan Nabi Ya’qub dan Nabi Ayub. Sebagaimana firman Allah dimana Nabi Ya’qup berkata, “Sesungguhnya aku mengeluhkan keadaanku dan kesedihanku hanya kepada Allah,” (QS. Yusuf: 86).
Dan Nabi Ayyub AS, yang disebutkan Allah dalam firman-Nya, bahwa Ayyub berkata, “Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau (Allah) adalah Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang,” (QS. Al-Anbiyaa’: 83).
Jadi, kalau Anda mau mengeluh, mengeluhkan kepada Allah. Mudah-mudahan Allah segera mengubah kondisi kita. Namun hati-hati, kadang ada orang yang keluhannya berisi menyalahkan Allah dan berburuk sangka kepada Allah.
Padahal, “Aku sesuai dengan persangkaan hamba pada-Ku,” (Muttafaqun ‘alaih). Dan “Janganlah salah seorang di antara kalian mati melainkan ia harus berhusnudzon pada Allah,” (HR. Muslim). []