Oleh: Prof. Dr. Achmad Satori Ismail
DIRIWAYATKAN dari abdillah ibni Mas’ud ra ia berkata, Rasulullah telah bersabda pada suatu hari: “Milikilah rasa malu kepada Allah dengan sebenar-benarnya! Kami (para sahabat) berkata: Wahai rasulullah sesungguhnya kami alhamdulillah telah memiliki rasa malu. Rasulullah bersabda: “Bukan sekadar itu akan tetapi barangsiapa yang malu dari allah dengan sesungguhnya, hendaknya menjaga kepalanya dan apa yang ada di dalamnya, hendaknya ia menjaga perut dan apa yang didalamnya, hendaknya ia mengingat mati dan hari kehancuran. Dan barangsiapa menginginkan akhirat ia akan meninggalkan hiasan dunia. Barangisapa yang mengerjakan itu semua berarti ia telah merasa malu kepada allah dengan sesungguhnya. (Musnad Ahmad)
BACA JUGA: Pentingnya Rasa Malu
Dalam hadits di atas kita dapat menarik empat karakteristik rasa malu yang sebenarnya yaitu:
1. Menjaga kepala dan sekitarnya
2. Menjaga perut dan segala isinya
3. Mengingat mati dan hari kehancuran
4. Menjadikan akhirat sebagai tujuan akhir.
Berikut penjelasan empat karakteristik rasa malu yang sebenarnya:
1 Menjaga kepala dan sekitarnya
Yang dimaksud dengan menjaga kepala dan sekitaranya adalah sebagai berikut:
- Menjaga indera penglihatannya agar jangan sampai melihat kepada yang haram, mencari-cari kesalahan orang lain dan hal-hal lain yang diharamkan Allah swt. Yang termasuk menjaga indera penglihatan adalah menggunakannya untuk membaca Alquran, mempelajari lmu, merenungi alam semesta dan bersengan-sengan dengan memandang yang halal.
- Menjaga indera pendengaran dengan menggunakannya untuk mendengarkan bacaan Al Quran, mendengarkan pengajian dan menjauhi mendengarkan ghibah, namimah dsb
- Menjaga lisan dengan mempergunakannya untuk dzikrullah, memberi nasehat, menyampaikan dakwah dan menjauhi segala ucapa yang diharamkan seperti adudomba, mengumpat, menghina orang lain dsb.
- Menjaga mulut dengan membiasakan menggunakan siwak, memasukkan makanan yang halal dan menjauhi makanan yang haram. Menjauhi tertawa berlebihan dst.
- Menjaga muka dengan membiasakan bermuka manis, tersenyum dan ceria setiap ketemu kawan.
- Menjaga akal dengan menjauhi pemikiran yang sesat seperti pemikiran muktazilah, sekuler, islam liberal dsb.
2 Menjaga perut dan seisinya
Yang dimaksud dengan menjaga perut seisinya adalah:
- Menjaga hati dengan menanamkan keikhlasan dan melakukan muhasabah serta menjauhi penyakit hati seperti riya’, ujub, sombong, kufur, syirik dsb.
- Menjaga saluran pernafasan dengan tidak merusak saluran pernafasan seperti meokok dsb.
- Menjaga kemaluan dengan menjauhi apa-apa yang diharamkan Allah seperti perzinahan dsb.
- Menjaga saluran pencernaan dengan hanya memasukkan makanan dan minuman yang halal saja.
3 Mengingat mati dan hari kiamat
Mengingat mati akan membawa kita kepada upaya untuk meningkatkan ketakwaan. Kematian cukuplah bagi kita sebagai nasihat agar kita taubat dan kembali kepada Allah. Orang yang berbahagia adalah orang yang senantiasa melupakan kebaikan, mengingat dosa, mengingat kematian, melihat orang yang lebih rendah di bidang dunia dan melihat orang yang lebih baik dalam bidang akhirat. Orang yang mengingat kematian akan terdorong untuk menyiapkan bekal menuju akhirat dan melu melanggar larangan Allah.
BACA JUGA: Muslimah Cantik, Menjadikan Malu sebagai Mahkota Kemuliaannya
4 Menjadikan akhirat sebagi tujuan akhir
Assindi mengatakan dalam syarah Sunan Ibni Majah sbb: Pengertian hadits “Bila kamu tdiak memiliki rasa malu maka berbuatlah semaumu” adalah bahwa rasa malu itu merupakan benteng manusia dari perbuatan buruk. Orang yang memeiliki rasa malu terhadap Allah akan menghalanginya dari pelanggaran agama. Orang yang malu terhadap manusia akan menjauhi semua tardisi jelek manusia.
Bila rasa malu ini hilang dari seseorang maka ia tidak peduli lagi terhadap perbuatan dan ucapannya. Perintah dalam hadits ini memiliki makna pemberitahuan yang intinya bahwa setiap orang harus melihat perbuatannya. Bila perbuatan itu tidak menimbulkan rasa malu maka hendaknya ia melakukannya bila sebaliknya ia harus meninggalkannya. (Sunan Ibni Majah syarh Sindi)
Bangsa Indonesia yang sudah tidak lagi memiliki budaya malu, harus kembali melaksanakan empat anjuran Rasulullah secara masif demi menuju kebangkitan menggapai kegemilangan di masa mendatang. []
SUMBER: IKADI