GAZA— Yaser Murtaja (30), Jurnalis Palestina yang ditembak tentara Israel saat meliput unjuk rasa di perbatasan Gaza pada Jumat kedua (6/4/2018), dikenal sebagai sosok yang ramah dan memiliki senyum yang ‘menular’.
Pria yang memiliki seorang anak itu mendedikasikan hidupnya untuk menyampaikan apa artinya hidup di Gaza. Ia selalu membawa kameranya dan berusaha untuk menyampaikan kisah-kisah warga Palestina yang telah hidup selama bertahun-tahun dengan blokade Israel-Mesir dan serangan Israel di Jalur Gaza.
Mengacu pada film dokumenternya yang paling terkenal, “Gaza: Surviving Shujayea” atau dalam bahasa Arab disebut “Baesan,” Yaser bersama dengan seorang medis bernama Alaa Abu Shu’eer menunjukkan kedekatannya dekat dengan seorang gadis kecil keluarga Beesan yang menjadi korban serangan Israel di Jalur Gaza 2014 lalu.
Di Film tersebut, dikisahkan tentang evakuasi sang anak dari puing-puing bangunan rumahnya. Sebagian besar keluarganya terbunuh. Dan, bagaimana mereka melewati trauma atas konflik yanag terjadi di Palestina.
Pada urutan terakhir film dokumenter yang dirilis pada 2016 lalu tersebut, Yaser dan Shu’eer terlihat bermain dengan Beesan. Mereka membawa gadis kecil itu naik paddleboat dan mengajaknya ke pekan raya yang menyenangkan.
Selain ramah, Yaser juga dikenal sebagai pria dengan senyuman yang ‘menular’. Akun media sosialnya penuh dengan foto dirinya bersama anak-anak yang terluka.
Di saat-saat terakhirnya, wartawan yang terbunuh itu tengah mengambil gambar para demonstran di dekat pagar perbatasan Timur Khan Younis. Setelah ditembak pasukan Israel, tubuh Yaser dibawa ke Rumah Sakit Nasser Khan Younis. Ia menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit tersebut.
Dalam sebuah foto yang diambilnya dengan Drone, Yaser pernah mengungkapkan mimpinya.
“I hope the day that I can take this image when I am in the sky instead of on the ground will come! My name is Yaser, I am 30 years old, live in Gaza City and I have never travelled before in my life!” tulisnya.
Adik laki-laki Yaser, Hamza, mengungkapkan rasa sakitnya di media sosialnya dengan sejumlah kata sederhana.
“Saudaraku yang terkasih, batu ku, hatiku, Yaser adalah seorang martir, Insha Allah, terima kasih Tuhan, atas nasibnya,” tulis Hamza di akun Facebooknya.
Jumat merupakan hari yang berdarah bagi para wartawan di Gaza. Bersamaan dengan penembakan yang dialami Yaser, enam wartawan lainnya juga terluka oleh Israel.
Organisasi persatuan Jurnalis Palestina ‘The Palestinian Journalists Syndicate’ memberikan penghargaan kepada Yaser dan menggambarkan penargetan yang dilakukan Israel terhadap tujuh wartawan itu sebagai ‘tekad tentara Israel yang akan terus melakukan kejahatan yang disengaja terhadap jurnalis Palestina’. []
SUMBER: AL JAZEERA