Oleh: Laila Maisyarah
Mahasiswa Aktif STEI SEBI Depok
DIA hanyalah seorang wanita biasa yang memiliki peran luar biasa. Peran itu mungkin tak terlihat kasat mata, karena setiap pekerjaannya ia lakukan dengan penuh kelembutan. Tapi sadarkah kita bahwa peran yang dia emban dapat mengubah satu keluarga, satu generasi, bahkan satu dunia.
Setiap anak, baik itu bayi, kecil, remaja ataupun dewasa tidak pernah berhenti untuk mencarinya. Baik dikala senang, tertawa ataupun berduka. Dia akan menjadi orang paling bahagia di dunia ini, saat ia melihat anaknya berbahagia. Dan begitu pula ia akan lebih terpuruk melebihi siapapun saat ia melihat buah hatinya berduka. Tentu, hatinya bukanlah baja, tapi percayalah di dunia ini tidak ada hati terkuat melainkan hati mereka. Sosok inilah yang biasa kita sebut Ibu.
Ibu adalah orang pertama yang harus kita muliakan sebelum kita memuliakan orang lain. Mengapa? Karena Ibu berkorban lebih banyak untuk kita, Ibu mengandung, melahirkan dan juga membesarkan kita. Perjuangan ibu dalam mengandung kita bukanlah hal yang mudah. Perutnya yang awalnya rata dan indah, namun saat mengandung ia relakan perutnya membesar dan kehilangan keindahannya. Tak jarang ibu yang sedang mengandung pun mengalami masalah kesehatan, seperti sakit pinggang ataupun mual dan muntah hingga terkadang membuat mereka tidak nafsu makan. Namun, mereka rela mengalami itu semua demi harapan si buah hati akan tetap sehat sampai saatnya.
Belum selesai dengan mengandung, seorang ibu pun harus melahirkan anaknya. Fase yang sangat dinantikan ini tak bisa dilalui dengan indah tanpa rasa sakit. Rasa sakit melahirkan merupakan rasa sakit yang luar biasa, yang bahkan seorang ayah pun tidak akan dapat merasakan sakitnya. Pertaruhan hidup dan mati, begitulah rasanya. Hanya ada satu pilihan saat itu, jika ibu dan anak ingin selamat tentu seorang ibu harus menahan rasa sakit yang dahsyat bahkan rasa sakit ini setara dengan rasa sakit saat 20 tulang rusuk patah. Dan seorang ibu rela merasakan sakit yang sangat hanya untuk melihat buah hatinya hadir di dunia. Dengan harapan anak tersebut nantinya akan memberinya kebahagiaan dunia dan akhirat.
Namun,harapan itu kadang tak sesuai dengan apa yang diharap, saat seorang ibu masuk ke fase membesarkan seorang anak. Kita kadang sebagai anak-anak kerap kali meremehkan peran seorang ibu. Nasihatnya sering kita abaikan, bahkan kita bantah. Saat dia berusaha melindungi kita dengan sifat protective yang dia punya, kita malah akan berkata kalau dia mengekang dan membatasi kebebasan kita dengan alih-alih alasan, “Aku sudah besar, bun”.
Tidak cukup dengan lisan kita menyakiti hatinya, kadang fisiknya pun kita lukai. Tidak hanya sekali dua kali, tapi sering kita lakukan. Namun, pernahkah kita melihat seorang ibu marah hingga tidak mengakui anaknya setelah ia dilukai? Tentu saja mereka marah karena mereka juga manusia yang Tuhan beri nikmat emosi dan mereka juga bukan malaikat. Tapi sejauh apapun mereka marah, kata maaf selalu mereka berikan kepada anak-anaknya, bahkan jauh sebelum seorang anak meminta maaf mereka telah memafkannya.
Pekerjaan tetap seorang ibu adalah ibu rumah tangga, tapi tak jarang seorang ibu memiliki pekerjaan sampingan yang begitu banyak. Disela-sela kesibukan mereka bekerja sebagai seorang ibu rumah tangga yang harus mengurus rumah, suami dan anak, mereka pun harus membantu ayah untuk memenuhi hajat rumah tangga dalam bidang ekonomi. Tak jarang penghasilan ibu lebih besar dari ayah, tapi ibu tetap rendah hati dan patuh kepada ayah. Karena mereka sadar, bahwa mereka adalah seorang istri dan makmum sedangkan ayah adalah imam bagi mereka.
Melihat pengorbanan yang begitu banyak dilakukan oleh seorang ibu, tentu sangatlah pantas rasanya bila surga itu berada di bawah telapak kaki ibu. Jadi, apabila seorang anak ingin menggapai surgaNya Allah SWT, maka ia wajib menghormati, menyayangi dan mencintai ibunya sepenuh kasih yang dimiliki. Dan tentu saja kedudukan ibu sangatlah penting, bukan hanya dimata manusia tapi juga agama. Seperti di dalam hadits yang artinya,
Dari Abu Hurairah ra, beliau berkata, “Seorang datang kepada Rasulullah SAW berkata, ’Wahai Rasulullah kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’
Nabi SAW menjawab, ‘Ibumu!’
Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘kemudian siapa lagi?’
Beliau Menjawab, ‘Ibumu’.
Orang tersebut kembali bertanya, ‘kemudian siapa lagi?’ Beliau
Menjawab, ‘Ibumu’.
Orang tersebut kembali bertanya, ‘kemudian siapa lagi?’ Beliau Menjawab, ‘Ayahmu’. (HR. Bukhari)
Rasulullah SAW menyebut tiga kali lebih banyak ibu dibanding ayah bukan berarti kita sebagai anak hanya perlu menghormati ibu saja dan ayah tidak, tapi Rasulullah menjelaskan dalam hadits ini bahwa kedudukan seorang ibu dimata agama juga tinggi meskipun ia seorang makmum dari ayah. Jadi, hormatilah dan sayangilah ibu kita selama ia masih bersama kita, karena saat ia sudah tidak ada hanya doa anak yang sholehlah yang sampai kepadanya. Jaga hatinya karena ia hanya seorang ibu, bukanlah malaikat. []