SEORANG bocah Palestina mendadak terkenal di seluruh dunia lewat sebuah foto keberaniannya melawan Israel. Foto tersebut menjadi yang pertama dan terakhir, di mana seorang bocah berani membawa batu menghadapi kekarnya tank baja Israel.
Itulah Faris Audah, bocah kecil yang sebagai wujud jelmaan dari makna hakiki sebuah pakem terkenal “kepalan tangan meninju batu.” Kala itu, kamera media massa memotretnya dengan membawa batu menantang sebuah tank Israel yang menyerang Jalur Gaza pada tahun 2000 silam.
Saat itu, Faris sedang pergi ke sekolahnya setelah agresi Israel ke Jalur Gaza pada 2 November 2000. Namun Faris bersama teman-teman sekolahnya mengambil jalan lain menuju permukiman Yahudi yang dibangun di bekas tanah warga Palestina di Jalur Gaza yaitu “Netsarem.”
Faris bukan anak biasa layaknya anak lain yang pulang pergi ke sekolahnya setiap hari. Namun di dekat sekolahnya, ia menyembunyikan sejumlah pakaian lain yang digunakan saat bentrokan dengan pasukan penjajah Israel. Usai terlibat dalam bentrokan, ia menggantinya dengan pakaian bersih yang pagi harinya digunakan pergi ke sekolah.
“Faris satu dari anak yang komitmen dengan shalat khususnya shalat subuh di masjid. Di hari kesyahidannya, ia turun dari tangga masjid dan kembali ke atas ke bawah selama tiga kali. Saya sebagai ibunya melihat di matanya raut perpisahan, khususnya setelah ketahuan setangkai bunga dan fotonya sedang terlibat konfrontasi dengan Israel,” ungkap ibunda Faris.
Suatu pagi, 8 November jam 9.30 pagi, kepala sekolah menghubungi ibunda Faris dan menginformasikan bahwa anaknya tidak masuk sekolah. Pada saat itu, Faris terkena tembakan pasukan Israel dengan peluru berat yang menembus lehernya yang terus mengalami pendarahan. “Teman-temannya tiga orang membawanya dan kata-kata terakhirnya, “Ibu mana ibu”.
Faris adalah anak keenam dari keluarga 9 bersaudara. Rumah keluarga Faris pada agresi Israel di tahun 2014. Saudara kandungnya juga menjadi sasaran tembakan Israel tiga bulan setelah Faris gugur. Setelah gugurnya Faris sejumlah puisi dan tulisan dibuat dalam sastra perlawanan. []
Sumber: PIC