SUATU kali di tahun 1998, di kampus Fakultas Satra Universitas Padjadajaran, Jatinangor, Hari Moekti berbicara di depan ratusan mahasiswa Sastra—sekarang menjadi Fakultas Ilmu Budaya, mengapa ia berhenti bernyanyi.
“Bayangkan,” ujar Hari Moekti ketika itu, “saya meneriakkan ‘Assalamuallaikum’ di atas pangung, dijawab ‘Wassalamualaikummmmm’, namun setelah itu kami melupakan Allah SWT!”
Begitulah, itu hanya salah satu alasan mengapa ia kemudian meninggalkan dunia itu.
Hari Moekti hanyalah satu dari beberapa orang rocker yang meninggalkan dunia menyanyi, khususnya panggung musik rock yang identik dengan musik yang keras dan penuh aroma pemberontakan.
BACA JUGA: ‘Bismillah’ dalam Lagu ‘Bohemian Rhapsody’-Queen Bukan Menggambarkan Allah
Nama Hari Moekti, semoga Allah SWT menempatkannya di tempat terbaik di sisi-Nya, sangat dikenal para pencinta musik di Tanah Air pada era 80 hingga 90-an.
Ia dijulukki “Si Kutu Loncat” karena sangat enerjik ketika berada di atas panggung. Ia sangat diperhitungkan di blantika musik di Indonesia. Vokal yang sedikit serak dan aksi enerjik di atas panggung ini mampu menyihir para penggemarnya.
Berawal dari hobi bermusik semasa sekolah menengah atas, Harry merintis karier di dunia musik dengan membentuk sebuah grup band. Angan-angan untuk eksis dan unjuk kemampuan di ingar-bingar panggung musik mendorongnya menjajal peruntungan di Ibu Kota. Bintang terang mulai menghampiri, saat ia bergabung sebagai vokalis grup band Makara di tahun 1984.
Setahun kemudian, album solonya berjudul Kegelapan mulai memasuki pasaran dan diterima khalayak luas pencinta musik di Indonesia. Tak lama kemudian, disusul dengan album bertajuk Ada Kamu yang membawanya ke puncak ketenaran. Rupiah mengalir deras, kocek semakin tebal dan popularitas di tangan membuat Harry limbung. Ia bahkan sempat bertanya-tanya tentang jalan hidupnya.
Mantan rocker bertubuh mungil ini pun akhirnya melalui masa-masa suram. Hasil keringat merintis karier di dunia tarik suara pun habis tidak berbekas. Saat itulah, ia memutuskan meninggalkan dunia tarik suara dan memilih menekuni dunia religi, sekaligus membangun kehidupan yang baru.
Aktivitas Hari Moekti kemudian jauh dari ingar-bingar musik. Ia justru rajin berkeliling daerah hingga bertandang ke sejumlah negara tetangga untuk memberikan taushiyah sekaligus tiada henti mendengungkan asma Allah: subhanahu wa ta’aala.
Gaya dakwah mantan rocker yang kini berjuluk Ustad Kiai Haji M. Khoir Hari Moekti itu memang memikat jemaah peserta pengajian. Tak sedikit kaum hawa yang memenuhi taushiyah bila mantan penyanyi ini yang memberikan sedikit pengetahuannya.
BACA JUGA: Amy Search, Dulu Rocker, Sekarang Pemilik Sekolah Tahfidz
Harry merasa kehidupan duniawi yang sekarang dijalaninya telah lengkap. Ini setelah kembali membangun bahtera pernikahan keduanya dengan Siti Nurjanah. Rumah sederhana di kawasan Pasir Kuda, Ciawi, Bogor, yang mereka huni makin hangat dengan celoteh dan tingkah tiga buah hatinya.
Memang, kemudian keseharian dai yang selalu tampil enerjik ini padat dengan kegiatan taushiyah. Semangat berbagi secuil pengetahuan tentang agama didukung dorongan keluarga dan buah hatinya membuat Hari Moekti total menggeluti dunia syiar Islam.
Hari Moekti meninggal dunia akibat serangan jantung yang di deritanya pada hari Minggu, 24 Juni 2018, pada pukul 20:49 WIB, dalam usia 61 tahun. Harry Moekti dimakamkan di Ciawi, Bogor, Jawa Barat hari Senin pagi, 25 Juni 2018. []