SEORANG anak biasanya sangat senang bermain. Bahkan, ketika ia sudah memiliki banyak teman, maka ia akan lebih senang menghabiskan waktu di luar rumah untuk bermain. Ya, dalam pikirannya hanya ingin bermain saja. Meski begitu, di sinilah tugas orangtua untuk mengarahkannya. Agar sang anak tidak terlarut dalam permainan semata.
Sebagaimana yang diajarkan oleh seorang ibu kepada anaknya. Dimana sang anak rela tidak main hanya untuk ibunya.
Kisah ini berasal dari bocah bernama Alif. Ia pernah bertanya pada ibunya mengenai Al-Fatihah. Ibunya mengatakan jika Al-Fatihah adalah ibu dari semua doa. Kemudian Alif diminta untuk menghafalkan Al-Fatihah apabila sudah belajar shalat. Permintaan sang ibu ini sudah tertanam kuat di dalam hati Alif.
BACA JUGA: Karena Al-Fathihah, Atheis Heather Masuk Islam
Ketika usianya sudah beranjak besar, ternyata Alif belum juga lancar membaca Al-Fatihah. Bahkan, ia tertinggal dari teman-teman yang lain. Tapi, karena tekadnya sudah bulat maka Alif terus menghafalnya dengan keras.
Untuk bisa menghafal Al-Fatihah dengan baik, Alif pun tidak ikut bermain bersama teman-temannya. Bahkan, ketika teman-temannya datang menghampiri untuk mengajak bermain, ia tetap saja ingin di rumah dan menghafal Al-Fatihah.
Akhirnya, perjuangan dalam menghafal Al-Fatihah membuahkan hasil. Ia berhasil menghafalkan surat pembuka ini dengan baik. Kemudian, ia berlari ke kamar ibunya karena ingin menunjukkan keberhasilannya menghafal Al-Fatihah.
Namun, apa yang dilihatnya di kamar sang ibu sungguh mengejutkan. Ternyata, ibunya telah meninggal dunia. Alif pun membacakan surat Al-Fatihah di hadapan foto ibunya.
Berdasarkan kisah di atas, kita belajar bagaimana keinginan di dalam hati yang begitu kuat membuat kita bisa mencapai segala tujuan itu. Sesulit apapun suatu masalah yang sedang kita hadapi, jika kita bertekad untuk menyelesaikannya maka kita akan mendapatkan bantuan dari Allah untuk menghadapinya.
BACA JUGA: Berdzikir tapi Hati Tidak Tenang
Alif adalah salah satu sosok yang rela meninggalkan kegembiraannya bersama teman-teman demi menghafal surat yang begitu mulia. Hal ini tidak serta merta timbul atas keinginannya, melainkan karena didikan sang ibu yang membuatnya menjadi orang yang pantang menyerah dalam mencapai tujuannya. Ia ingin dengan segera mengamalkan surat pembuka yang telah diajarkan oleh sang ibu.
Seperti yang kita tahu bahwa orang yang sudah wafat maka terputuslah segala amalan kita, kecuali amal jariyah, ilmu yang bermanfaat dan doa anak yang shaleh maupun shalehah. Siapa anak yang tidak ingin menyelamatkan orangtuanya dari siksa api neraka.
Ketika orangtua kita sudah menghadap Allah maka terputuslah segala amalannya sebagai manusia, kecuali tiga hal yang telah disebutkan di atas. Sebagai anak, kita masih bisa mengirimkan doa bagi kedua orangtua agar mereka mendapatkan ampunan dari Allah.
Oleh karena itu, jadilah anak yang shaleh dan shalehah agar doa-doa kita sampai kepada orangtua yang telah tiada. Apabila mereka masih hidup dan melihat iman kita yang semakin kuat karena didikan mereka, maka mereka akan senang dan bangga terhadap kita. Apalagi yang bisa kita lakukan selain berbuat baik pada orangtua. []
Sumber: www.kumpulanmisteri.com