Saat orang-orang membatasi bahwa yang layak disebut ulama dan diambil ilmunya hanya yang mereka kenal sebagai ulama di komunitas mereka, maka peluang untuk jatuh pada sikap ta’ashshub (fanatisme buta) dan luput dari ilmu sangat terbuka lebar.
Padahal ulama kaum muslimin saat ini banyak, dan dari berbagai madzhab dan aliran. Al-Azhar punya banyak ulama, demikian juga Saudi Arabia punya banyak ulama, Syam maupun Yaman punya banyak ulama. Al-Qaradhawi ulama, Al-‘Utsaimin juga ulama. ‘Ali Jum’ah ulama, Bin Bayyah ulama, Shalih Fauzan juga ulama.
BACA JUGA: Jawaban Orang Yahudi ketika Ulama Mereka Masuk Islam
Jika hanya karena anda cenderung pada satu madzhab dan pemikiran, kemudian membuat anda lancang, tidak mengakui keulamaan seorang ulama, maka anda tidak bersikap adil, sangat berpotensi jatuh pada ta’ashshub, tertutup dari ilmu, dan tentu keburukan ini tidak hanya berdampak di dunia, tapi juga di akhirat.
Pendapat dan kecenderungan seorang ulama pada aliran pemikiran tertentu, tidak wajib kita ikuti, boleh saja kita mengambil pilihan yang berbeda dengan mereka. Tapi itu tidak memberikan kita hak untuk mengatakan mereka bukan ulama, atau menafikan keilmuan mereka.
BACA JUGA: Contoh Sikap Ulama Salaf dalam Berbeda Pendapat
Juga tidak memberikan kita hak, untuk bersikap zalim kepada mereka, dengan tidak memberikan hak mereka sebagai muslim, dan hak mereka untuk dihormati sebagai orang yang berilmu. []
Facebook: Muhammad Abduh Negara