Oleh: Fachriy Aboe Syazwiena
I. TENTANG FOTO
Apakah para wanita salafi (bermanhaj salaf) memajang fotonya? Memamerkan auratnya? Menampilkan wajahnya?
Mereka memajang foto makhluk non bernyawa sebagai profile ficture. Ada gambar pemandangan, bunga, buah, bangunan, pantai, dan lain-lain. Di dunia nyata umumnya mereka pakai cadar lho. Amat jarang ditemui mereka yang menampilkan fotonya walaupun hanya sekedar foto bercadar. Kalaupun ada diantara mereka yang tidak bercadar di dunia nyata, mereka tetap tidak akan menampilkan foto wajahnya di facebook.
Kenapa?
Pertama:
Mereka pemalu lho. Pemalu banget. Ngga percaya? Coba deh ngumpul ama mereka. Jangankan menampakkan aurat, jika wajah mereka terlihat oleh laki-laki maka ini akan membuat mereka malu banget. Wajah mereka tertunduk jika ada lelaki-lelaki.
Siapa teladan mereka? Pas ane nulis bagian ini, ane teringat apa yang dikatakan Asma’ binti Abu bakar radhiyallahu anhuma. Beliau (Asma’) berkata:
“Kami menutupi wajah-wajah kami dari pandangan kaum laki-laki dan kami menyisir rambut kami terlebih dahulu ketika hendak melakukan ihram.”[1]
Begitu pula apa yang dikatakan Aisyah radhiallahu ‘anha:
“Adalah para pengendara melewati kami sedangkan kami tengah berihram bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Apabila para pengendara tersebut melewati kami, maka masing-masing dari kami menutupkan jilbabnya dari kepalanya agar menutupi wajahnya. Dan ketika mereka berlalu maka kami pun membukanya kembali.”[2]
Mereka paham kalau wajah adalah kumpulan titik-titik pesona yang mampu menyihir laki-laki. Luar biasa cara pandang mereka. Indah nian kepribadian ini. Malu yang ada di hati mampu menjadikan mereka seperti ini.
Coba deh liat saudari muslimah kita yang lain. Foto-foto mereka membanjir diupload. Dengan gaya inilah, gaya itulah, narsis gini, narsis gitu, buka aurat, de-el-el lah. Wah, yang seperti ini memang tak enak dipandang.
Kedua:
Penyebab kedua ini ada kaitannya dengan hukum bercadar apakah wajib atau sunnah dan hukum foto makhluk bernyawa yang berbentuk file. Namun disini tidak akan dibahas perbedaan ini.
Katakanlah sebagian kecil dari mereka memahami cadar sebagai suatu yang sunnah plus mengikuti kebolehan foto makhluk bernyawa dalam bentuk file.
Apakah ini memberikan kesempatan untuk menampilkan wajah mereka di Facebook? Bisa jadi namun kebanyakan dari mereka amat sangat jarang melakukan ini. Kenapa? Karena, selain rasa malu, mereka menilai tindakan ini tidak bermanfaat. Malah akan menjadi bulan-bulanan bagi laki-laki.
Apa sih manfaatnya cewek-cewek salafi kayak gitu?
Wah, ane kurang nyaman manggil dengan istilah ‘cewek’. Ane pakai istilah ‘akhwat’ aja ya. Mereka itu, akhwat salafi, dengan sikap baik mereka seperti itu punya kontribusi lho buat akhwat lainnya. Apa itu?
Pertama:
Mengurangi maksiat laki-laki. Coba deh kalau ada akun facebook wanita cantik buka aurat plus tidak berhijab syar’i, senyumannya menggoda, kulitnya bening, sering banget ngupload foto dengan berbagai fose, so pasti laki-laki akan berduyun-duyun nge-add tu cewek plus ngajak chat, nginbox plus surcribe bin langganan. Bukan begitu?
Bandingkan dengan akhwat-akhwat salafi yang jauh dari kesan kayak gitu. Jauh banget bedanya.
Mungkin ngga laki-laki berpikir untuk “menzinai” wanita walaupun hanya dalam dunia hayalnya pas melihat akun akhwat salafi yang fotonya pakai bunga, updates status Al-Quran dan penjelasan hadits, nggak pernah ngeluh, nggak pernah ngomong jorok/vulgar di status? Ngga mungkin lah.
Kedua:
Mereka memberikan teladan yang baik buat rekan-rekan muslimah yang lain. Nggak sedikit lho muslimah yang lainnya ikut “style” mereka. Muslimah yang lainnya pada “iri” begitu hebat akhwat salafi memegang teguh prinsip apalagi zaman sekarang yang katanya zaman buka-bukaan^.^
Ketiga:
Ini langkah aman lho yang bermanfaat untuk para istri yang suaminya suka lirik sana-sini apalagi keberadaan suami yang ‘lancar’ berselancar di FB. Dengan keberadaan akhwat salafi di FB dan akhwat-akwat lain yang ngikutin trend mereka maka jelas ini ngurangin kesempatan buat si hidung belang.
Keempat:
Jauh dari tabarruj. Inilah salah satu “kenyamanan” kalau kita lagi buka facebook. Tidak mengganggu mata, hati dan pikiran. Mengenakkan mata kalau para cewek (eh, akhwat) bisa meneladani ‘gaya’ mereka yang jauh dari tabarruj.
Para akhwat salafi paham kalau tidak ada udzur syar’i yang memperbolehkan hal itu.
Mereka tak mau menanggung dosa lelaki yang bermaksiat karena ulah mereka.
Mereka tahu bahwa banyak tangan jahil dan usil yang mengoleksi foto-foto wanita lalu menyebarkannya di dunia maya.
Mereka memahami bahwa sangat mungkin bagi laki-laki untuk menelanjangi mereka dalam dunia hayal.
Mereka sadar bahwa syaitan bangga dan terbahak-bahak nantinya.
Mereka sadar bahwa syaitan menghias mereka dengan begitu indahnya di pandangan mata laki-laki.
Mereka sadar bahwa syaitan akan menyesatkannya dan menyesatkan kaum laki-laki dengan ulah mereka jika mereka bertabarruj.
II. INTERAKSI LAWAN JENIS
Walaupun tidak semuanya, tak sedikit di antara mereka yang hanya berteman dengan sesama wanita. Mereka memahami kalau hati itu lemah apalagi jika berhadapan dengan badai fitnah lawan jenis. Mereka merasakan bahwa jiwa mereka didominasi oleh perasaan. Mereka merasa risih lho kalau ada laki-laki berada dalam akun mereka.
Ada pula yang tetap berkawan dengan laki-laki namun tetap menjaga adab-adab sebagai muslimah. Mereka tidak sembarang berteman dengan laki-laki. Barangkali akun laki-laki yang membagikan postingan-postingan bermanfaat yang akan mereka add.
III. GRUP KHUSUS AKHWAT
Mereka punya grup FB tersendiri lho khusus muslimah yang membahas tema-tema umum maupun agama terutama tema khusus wanita, misalnya bagaimana “membahagiakan” suami, tips masak, pakaian maupun perlengkapan khusus muslimah, ibu hamil, dan lain-lain.
IV. LIKE/SUKA
Mereka nge-like halaman/page yang nambah ilmu dan wawasan baik tentang islam maupun yang sifatnya keduniaan misalnya page tentang masakan, kesehatan, ibu hamil, dan lain-lain deh. Mereka ngga bakal like page artis/aktor korea lho kayak Lee Min Ho, Hyun Bin, Rain, Kim Bum, Kim Hyun Joong, Kim Joon maupun page lain yang jauh dari kesan bersahaja. []
Rabu, 15 Dzulhijjah 1433 H/31 Oktober 2012 M.
End Notes:
[1] Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Al-Hakim, ia berkata: “Hadits ini shahih berdasarkan syarat Al-Bukhari dan Muslim. Hal ini disepakati oleh Adz-Dzahabi.”
[2] Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ad-Daaruquthni dan Al-Bahaqi