MENIKAH adalah seni menurunkan ego. Erat kaitannya dengan manajemen emosi dalam diri. Siap menikah, artinya kita siap belajar untuk menyeimbangkan situasi rumah tangga dalam kondisi apapun.
Kecewa dengan perlakuan pasangan adalah hal yang lumrah. Karena pasangan kita tidaklah 100% sempurna. Kita pernah mengecewakan pasangan juga suatu hal yang wajar terjadi, karena kita pun memiliki banyak kekurangan.
BACA JUGA: Jika Menikah Hanya karena Nafsu
Yang sulit bagi kebanyakan pasangan suami-istri ketika terlibat dalam konflik rumah tangganya, adalah menahan lisan dari perkataan yang tidak diperlukan. Lisan memang tajam. Dalam hitungan detik ia mampu membuat hati cerah merona, namun dalam hitungan detik pula ia mampu menyayat hati hingga terluka.
Lisan Anda berkaitan dengan pengendalian diri saat emosi. Akankah Anda mampu menahan diri, atau justru dengan Mudahnya Anda mengucapkan kata-kata yang menggores hati? Ketahuilah, setan tak akan berhenti mengusik setiap rumah tangga. Ketika amarah itu datang, maka kendalikanlah diri dengan banyak mengingat Allah SWT.
Istirahatkan lisan Anda dari setiap ucapan yang tidak diperlukan. Karena Anda tidak tahu, seberapa besar dan kuatnya pengaruh kata-kata Anda terhadap diri pasangan Anda. Mengucapkan kata-kata manis yang berisi tentang pujian, apresiasi, dukungan, atau cinta, tentu akan lebih baik bagi mental pasangan Anda. Mari berikan gizi yang cukup untuk hatinya. Jangan sampai justru Anda menjadi orang yang lihai dalam mematahkan hati pasangan Anda.
Jika Anda belum bisa membuatnya tersenyum, maka janganlah membuatnya bersedih. Jika Anda belum bisa mengucapkan kata-kata manis padanya, maka janganlah mengucapkan kata-kata yang menyakiti.
BACA JUGA: Ciri-Ciri Lelaki yang Serius Ingin Menikahi Anda
Tapi dari itu semua, terpenting adalah kita bisa menjadikan rasa kecewa itu sebagai perekat hubungan yang semakin kuat. Ketahuilah, ketika rumah tangga dilanda konflik, hal pertama yang bisa kita lakukan adalah dengan mengelola emosi itu dengan baik.
Instropeksi diri, tabayyun, bertanya tanpa menghakimi, berbicara tanpa menjudge, memberitahu tentang kesalahannya tanpa nyinyiran, atau mengajak memperbaiki diri bersama tanpa merasa diri lebih hebat, adalah bagian dari cara kita mengelola emosi dengan baik. Tidak dengan cara menuduh, berprasangka buruk, menafsirkan sesuka hati sesuai pemikiran kita, atau bahkan sampai mengeluarkan kata-kata yang sifatnya merendahkan pasangan.
BACA JUGA: Jika Sudah Siap Menikah
Jika ada cara yang menenangkan, mengapa harus memilih cara yang membuat gusar? Bukankah kita ingin rumah tangga yang sakinah? Maka belajarlah untuk menyelesaikan setiap masalah dengan cara yang juga menghadirkan ketenangan dalam diri kita.
Redamlah ego dengan meminta maaf tidak hanya ketika kita bersalah saja. Banyak masalah dalam rumah tangga yang akhirnya berakhir dengan keharmonisan karena ada permintaan maaf dari pasangan. Ya, cukup dengan meminta maaf tulus dari hati. Begitu mudah, namun karena ego yang tinggi jadi teramat sulit untuk dilakukan. []
SUMBER: NIKAHBUTUHILMU