BARANGKALI kamu memutuskan menikah karena kamu merasa dialah orang yang selama ini kamu cari, lalu kamu berharap dengan merajut cinta bersamanya, kehidupan yang kamu miliki akan menjadi jauh lebih sempurna.
Tentu tidak salah memancangkan sebuah harapan dalam pernikahan, tapi jika kamu menggantungkan dirimu hanya pada sekumpulan harapan, ketahuilah ruang kekecewaan pun akan semakin mudah terbuka seraya menggelayuti hati dan pikiran.
BACA JUGA: Suami, Ingatlah Janji pada Allah Saat Menikah
Menikah untuk menghilangkan kesakitan, atau sekadar untuk menyembuhkan kekecewaanmu di masa lampau, adalah tujuan yang tidak akan bertahan lama dalam mengukuhkan pernikahan.
Ingatlah bahwa kamu menikah tidak hanya untuk bilangan sebentar, namun dalam kurun waktu yang amat panjang.
Harapanmu untuk menuntaskan luka lama bersama pasanganmu, bisa jadi bukan suatu hal yang mudah, karena kamu dan ia terbentuk atas segala aspek yang berbeda.
Kamu menginginkan ia menjadi obat bagi hatimu dengan caramu, namun ternyata ia memiliki cara yang berbeda dalam menjalani hubungannya bersamamu.
Mungkin sulit menuntaskan luka lama itu, dan tak selalu salah bila kamu berharap pernikahanmu nanti bisa turut menjadi sarana penyembuh untuk dirimu. Karena salah satu keberkahan dalam pernikahan pun bisa datang melalui ketenangan hati kala dirimu bersamanya.
Namun, saat luka itu masih menganga, tersimpan dalam memori yang belum kunjung terhapus, maka terimalah hal itu sebagai bagian dari dalam dirimu. Tak perlu dilawan sehingga berakhir pada sikap menyalahkan pasangan.
Teruslah berusaha untuk memaafkan yang sudah berlalu. Pastikan pasanganmu memahami hal ini, tapi jangan juga menuntutnya untuk menyembuhkan dirimu, karena hanya kamu dengan kuasa Allah yang bisa mengobati luka itu pada sebuah penerimaan dan pemaafan ikhlas dari dalam lubuk hatimu.
Yakinlah, kamu bisa untuk tidak hanya sekedar menerima masa lalu itu, tapi juga memaafkannya sebagai bentuk ikhtiar memberikan yang terbaik terutama untuk dirimu sendiri.
Menikah, artinya menyatukan dua jiwa pada satu ikatan. Isi kepala yang berbeda, cara berkomunikasi yang berbeda, pola asuh yang berbeda, atau pengalaman hidup yang berbeda, mengharuskan kamu dan pasanganmu untuk dapat bekerjasama menemukan titik temu yang selaras, demi terciptanya pernikahan yang sehat dan saling menumbuhkan.
Sesiap apa kamu melakukan perjalanan panjang bersama pasanganmu, terlihat dari seberapa mampu kamu mendefinisikan pernikahan sesuai hakikatnya.
BACA JUGA: Setelah Menikah, Kita Harus Mau Berubah
Begitu besar pernikahan ini meminta segalanya dari dirimu. Keikhlasanmu dalam menerima setiap takdirNya, kesabaranmu tatkala bertemu kecewa, rasa syukurmu pada segala suka dan duka, bahkan pengorbananmu untuk tetap menjadikan pernikahan ini sebagai prioritas yang utama. Perjuangan hidup berumah tangga butuh butuh lebih dari segala keinginanmu untuk sebatas bahagia.
Karena untuk mencapai kebahagiaan itu, kamu perlu melaluinya dengan segenap kesadaran yang utuh bahwasanya Allah sediakan ganjaran pahala besar bagimu yang memfokuskan diri hanya untuk menggapai keridhaanNya. []