CINTA bisa datang dalam balutan keridhaan Allah. Namun bisa saja datang karena hawa nafsu dan bisikan syaitan. Sehingga, dengan mudahnya kita dapat melewati batas dalam menakar cinta yang dimiliki. Dampaknya, Kita membiarkan perasaan cinta itu mengalir begitu saja pada orang yang tak memenuhi kriteria untuk menjadi pemimpin, maupun menjadi sosok pendamping dari pemimpinnya.
Hal ini berkaitan dari pertama kali kita memilih seseorang yang kita cintai. Kita diberi akal oleh Allah. Sesungguhnya kita bisa memilih mana orang yang tepat yang sekiranya berhak mendapatkan kecenderungan hati kita.
BACA JUGA: Energi Cinta Keluarga
Jangan berdalih dengan alasan cinta datang begitu saja dan cinta tidak dapat memilih kepada siapa ia akan bersandar. Hingga akhirnya, kita membiarkan saja cinta itu berlabuh pada orang yang jelas-jelas jauh dari agama, dan perangai buruk menghiasi dirinya. Kita tetap mencintai orang yang gemar melakukan kekerasan, bahkan cinta itu pun dapat berlabuh pada orang yang jelas berbeda kepercayaan dengan diri kita.
Mendewakan cinta hingga hati buta terhadap petunjuk yang Allah siratkan, mengelu-elukan cinta hingga hati keras pada nasihat-nasihat yang membangun diri. Kepada ia yang dicinta, rela menggadaikan keimanan dirinya. Tak sedikit pula yang pada akhirnya abai terhadap restu dari orangtua, seolah tak mengharapkan ridho Allah menyertai hubungan mereka.
Kita mengatakan dengan sungguh-sungguh bahwa dia akan berubah setelah menikah. Kita menjamin seakan kitalah yang memegang kendali atas dirinya. Mungkin kita terlupa, bahwa hanya Allah yang memiliki hak atas diri manusia. Lalu saat Allah tak jua mentakdirkan ia seperti yang kita harapkan, hati kita menjadi merana dan terus menyalahkan keadaan yang sedang kita hadapi.
Cinta seringkali dijadikan alasan terkuat bagi pasangan muda mudi dimabuk asmara. Merealisasikan cinta dalam pernikahan, emmang sebuah solusi. Namun, cinta saja tidak cukup untuk mengokohkan fondasi pernikahan itu sendiri.
Perasaan cinta menghadirkan kebahagiaan yang terpatri dalam diri, tapi ketika kita tidak menempatkannya pada ruang yang tepat, berhati-hatilah cinta itu akan menjerumuskan diri kita pada keburukan dan kerasnya hati. Jangan membiarkan diri kita jatuh cinta pada orang yang salah. Berdoalah agar perasaan itu terkikis segera. Fokuskan hati kita pada Dzat yang Maha Mencinta, yakni Allah Ta’ala.
BACA JUGA: Begitu Sulitkah Mencinta?
Kehidupan akan menyuguhkan resiko dan beban di depan. Termasuk saat kita memutuskan untuk mencintai seseorang dengan segenap ketulusan. akankan cinta itu mampu benar-benar mendekatkan diri kita pada Allah? Atau justru akan menjadi bumerang yang mengundang kemaksiatan kepada Allah?
Maka janganlah mengambil resiko dengan memilih seseorang yang tidak dapat mencintai Allah. Ia jauh dari agama, bahkan tak mengenal Allah dalam hidupnya. Karena menikah, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kita butuh orang yang memiliki tujuan sama dalam mengarungi perjuangan hidup berumah tangga, ia yang memiliki prinsip dan visi misi yang terarah, ia yang kekurangannya bisa kita terima dengan keikhlasan, dan ia yang kehadirannya membawa bulir-bulir keberkahan. []