Oleh: Jayadi Oemar Bakrie
BERAWAL dari sebuah status seorang sahabat dunia maya; “Seandainya menikah bukan suatu sunah muakad dalam Islam… aku lebih nyaman begini. Menatap hampa kehidupan, Sendiri. Memanggul beban tanpa harus menyusahkan orang lain.”
Apakah iya, sendiri itu lebih baik?
Pertanyaan yang sederhana ini hampir menepis bahwa kesendirian bukanlah fase ternyaman zona seseorang dalam menjalani kehidupan. Sebab, Allah subhanahuwata’ala menciptakan siang untuk malam, malam untuk siang, kiri untuk kanan, kanan untuk kiri, laki-laki untuk perempuan, dan perempuan untuk laki-laki.
Kita tidak mungkin merasa nyaman jika hari yang kita lalui hanyalah siang sepanjang masa, pun dengan sebaliknya. Sederhananya bahwa setiap hal tercipta secara berpasang-pasangan bertujuan agar kehidupan ini seimbang yang justru pada akhirnya supaya kita merasa nyaman dalam menjalani kehidupan ini.
Islam sangat indah dalam mengatur segala hal yang menjadikan kita nyaman dalam menjalani kehidupan. Wajar jika seorang merasa risih saat mendapat pertanyaan, kapan menikah? Atau risih dengan desakan-desakan yang mengarah agar menyegerakan untuk menikah.
Menyegerakan menikah bukan berati tergesa-gesa untuk menikah. Dalam konteksnya, menyegerakan yang berarti lebih baik menempuh jalan dengan menikah daripada ‘mengumbar’ syahwat.
Menikah adalah fase di mana seseorang akan mendapat banyak berkah bersama pasangannya, terhindar dari fitnah syahwat, dan menyelamatkan seseorang dari ‘kesendirian yang memenjarakan’ (baca=galau).
“Rasulullah sholallahu’alaihi wassalam bersabda : Kawinkanlah orang-orang yang masih sendirian diantaramu. Sesungguhnya, Allah akan memperbaiki akhlak, meluaskan rezeki, dan menambah keluhuran mereka,” (Al Hadits)
Hadits tersebut di ataspun pada dasarnya menjawab kekhawatiran seseorang saat memilih jalan hidup untuk menikah. Salah satu kekhawatiran terbesar biasanya masalah ekonomi yang membuat seseorang sering menunda-nunda untuk menikah.
Padahal keyakinan kita telah klimaks memahami bahwa hanya Allah subhanahu wata’ala yang tahu tentang masa depan seseorang.
Banyak sekali hikmah yang bisa diperolah saat kita memutuskan untuk menikah. Terlebih bagi seorang perempuan, sebab jalan menikah adalah keputusan terbaik untuk terhindar dari fitnah dan bahaya-bahaya lain yang bisa mengancam harga diri kaum perempuan.
“Dunia ini dijadikan Allah penuh perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan hidup adalah istri yang sholihah,” (HR. Muslim)
Dan setelah membaca artikel ringkas ini, satu pertanyaan sederhana terlintas dalam benak untuk kaum akhwat. Perempuan mana yang tak ingin dijadikan oleh Allah subhanahuwata’ala sebagai sebaik-baik perhisan di dunia dan akhirat? []