Oleh: Savitry ‘Icha’ Khairunnisa
SETELAH berhari-hari melaju dengan mobil membelah negeri Yordania, kemarin kami cukup berjalan kaki saja.
Menurut jadwal, hari Jumat memang akan kami habiskan dengan menjelajah pusat kota Amman tanpa Hussam. Sebetulnya ia menawarkan bila kami ingin dibawa ke suatu tempat, dia akan dengan senang hati menemani kami. Tapi kami mematuhi perjanjian yang sudah disepakati dengan agen perjalanan tempatnya bekerja. Lagipula Hussam pasti perlu istirahat dan menikmati akhir pekan dengan keluarganya.
Jam menunjukkan pukul 09.30. Kami mulai berjalan kaki berbekal peta dadakan yang dibuat Hussam sehari sebelumnya. Intinya kami cuma perlu berjalan lurus saja hingga ke pusat kota Amman. Jarak hotel ke pusat kota tak terlalu jauh. Cukup berjalan kaki 20 menit sudah sampai (asalkan kami tak tersesat).
BACA JUGA: Suatu Kali di Lembah Subur Yordania
Perjalanannya mudah saja, karena hari masih pagi, udara masih segar, dan jalanan masih sepi. Maklum ini akhir pekan, hari libur Paskah pula.
Selama berjalan beberapa kali kami mendengar dentang lonceng gereja yang menandakan hari Jumat ini memang hari spesial untuk kaum Kristiani.
***
Kami tak punya agenda khusus hari ini kecuali melaksanakan sholat Jumat untuk suami saya dan Fatih.
Di bagian kota tua cukup banyak toko kecil menjual barang antik. Seketika mata suami saya berbinar, karena barang antik memang minatnya. Kami berhenti cukup lama di satu toko. Sembari menunggu, saya keluarkan ponsel untuk mencari objek menarik. Tetiba muncul sinyal WiFi! Wah, asyik ini!
Kami berjalan lagi, sinyal tetap ada. Begitu terus hingga sekitar 500 meter! Untuk pengguna internet sejati seperti saya, sinyal WiFi gratis di pusat kota itu sesuatu sekali! Lumayan, saya bisa membalas komentar para pembaca setia catatan perjalanan saya.
***
Tak lama sampailah kami di Roman Theatre, bangunan kuno peninggalan bangsa Romawi. Karena sudah cukup banyak melihat peninggalan peradaban Romawi selama beberapa hari ini, kami tak terlalu berminat untuk masuk dan naik ke teater. Cukup jepret sekali, dan selebihnya kami duduk-duduk saja di lapangan di tengah kota ini. Mengamati tingkah polah anak-anak, keluarga yang menikmati piknik, para penjual minuman dingin, sampai para pemuda yang berlatih break dance. Buat saya ini hiburan murah meriah dan jauh dari membosankan.
Jadi meski kemudian saya ditinggal sendirian di lapangan ini ketika suami dan Fatih sholat Jumat di masjid terdekat, saya tak mati gaya. Ada saja objek menarik untuk difoto. Oya, bila ada yang ingin tahu, semua foto yang saya unggah di jurnal liburan ini saya ambil dengan ponsel andalan. Memang sengaja demikian. Supaya foto-foto itu bisa mudah dan cepat diunggah tanpa perlu ditransfer ke laptop terlebih dulu.
Semua cerita dalam jurnal inipun saya tulis dengan ponsel. Yang penting ada akses WiFi. In syaa Allah jadi tulisan tiap hari.
***
Setelah sholat Jumat, kami berjalan kembali menuju hotel, sambil mencari tempat untuk makan siang. Pilihan kami jatuh pada “Jerusalem Restaurant”, yang menyajikan makanan khas Palestina dan baklava berbagai rupa nan menggugah selera.
Wah, ternyata di Amman pun ada mi instan favorit keluarga kami!Terlalu banyak pemandangan menarik dari keriuhan manusia Yordania menikmati hari libur mereka. Penjual dan pembeli yang mengerubuti pelataran masjid yang dijadikan pasar kaget, toko makanan yang menjual Indomie dan bandeng asap dari Indonesia, lapak buku, penjual es tebu, hingga kios penjual lotere.
BACA JUGA: Bus Sekolah Alami Kecelakaan Maut, 2 Menteri Yordania Mengundurkan Diri
Hari terakhir di kota Amman memberi warna tersendiri buat kami. Orang-orangnya yang ramah meski tak semua paham bahasa Inggris, negerinya yang aman meski tak terlalu bersih dan cenderung semrawut – pemandangan khas negara berkembang – kulinernya yang unik, langitnya yang selalu biru dan cerah, sejarahnya yang begitu panjang dengan berbagai peradaban… Rasanya 9 hari di sini belum cukup.
Koin bergambar Saddam Hussein, salah satu benda antik yang bisa dijumpai di Amman.Tapi semua liburan harus berakhir. Dan Sabtu pagi kami akan pergi meninggalkan Yordania, kembali ke tanah air kedua kami, Norwegia. []