“Pantes hidup gak maju-maju. Orang lain sudah meneliti inti bumi, bulan, matahari dan luar angkasa, ini masih ngomongin dalil, ayat, hadits dan semacamnya.”
BILA ada yang bicara demikian, ucapkan terimakasih dan jawablah dengan santai, “Kami sedang membicarakan Rabb yang menciptakan bumi, bulan, matahari dan alam raya beserta isinya.”
Dalam menimba ilmu, tak layak saling menganggap rendah disiplin ilmu yang satu dibandingkan yang lainnya. Tak elok menggagap lebih hebat ilmu alam dibadingkan ilmu sosial, mengira lebih keren ilmu eksakta dibandingkan ilmu humaniora.
BACA JUGA: Potret Umat di Akhir Zaman: Semakin Bodoh dalam Ilmu Agama
Semua ilmu itu baik, hebat dan keren, kecuali ilmu yang diharamkan oleh syariat semisal sihir, santet, perdukunan dan sebagainya.
Hakikat ilmu itu mengenalkan hamba pada Rabbnya, menuntun baiknya pemahaman, luasnya pengetahuan, dan bijaknya hati menerima kebenaran. Bila ada ilmu yang semakin menjauhkan diri dari Rabbnya, merusak pemahaman, mengakali pengetahuan, dan keras hati menerima kebenaran, berarti ada yang salah dan harus diperbaiki.
Kembalikan pada kaidah; “Al iman qablal adab. Al adab qablal ilmu. Al Ilmu qablal amal.” Iman sebelum adab. Adab sebelum ilmu. Ilmu sebelum amal. Semangat menimba ilmu itu bagus, tapi jangan saling meremehkan.
Terakhir, ada orang yang enggan belajar, malas sekolah dan ogah kuliah. Apalagi belajar agama. Alasannya karena agama terlalu banyak aturan. Harus begini dan begitu. Tidak boleh ini dan itu. Ah, mumet hidup ini. Jadi lebih baik nggak tahu sama sekali. Nggak tahu ‘kan nggak dosa. Begitu dalihnya.
BACA JUGA: Ilmu Perang
Memang benar! Tidak berdosa melakukan suatu perbuatan selama tidak tahu hukum dari perbuatan itu. Tapi yang berdosa adalah mereka yang tidak mau tahu. Allah tidak menghukum kita lantaran kita tidak tahu, menurut Imam Al-Ghazali, tapi Allah akan mengazab siapa saja orang yang tidak mau tahu. Nah, lho. []