Oleh: Asma Palupi, asmapalupi04@gmail.com
SEBAGAI seorang makhluk tentu tidak sepantasnya lalai terhadap sang maha pencipta, yakni Allah Swt. Merasa diri hina, kecil, tak berdaya saat menghadap-Nya adalah suatu hal yang diharuskan sebagai seorang hamba.
Bumi yang kita pijakan dan langit yang menyelimutinya semua berada digenggaman-Nya. Udara yang kita hirup setiap detik pun adalah bukti kasih sayang terhadap hamba-Nya. Bahkan, saat diri sedang lalaipun takkan berkurang sedikitpun kasih-Nya kepada hamba-Nya. Lalu, apa yang patut kita lakukan sebagai balasan-Nya?
“Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku” (Adz-dzariyat: 56)
Dalam ayat ini, Allah Swt telah menuntut kita pada dua perkara. Pertama, beribadah kepada Allah Swt dengan cara yang sesuai syari’at-Nya. Kedua, tidak menyerahkan ibadah itu kepada selain-Nya. Artinya, kita harus menjadi hamba Allah Swt selama hayatnya. Status kita sebagai hamba Allah Swt ini tidak boleh lepas dari-Nya walaupun sesaat. Itulah tujuan kita diciptakan. Menjadi hamba Allah Swt yang sejati adalah status dan gelar yang tertinggi.
Menduduki usia saat ini adalah sebuah karunia dan anugerah yang tiada ternilai. Allah Swt telah memberikan waktu 24 jam dalam sehari, tentu tidak lain untuk digunakan dengan sebaik-baiknya agar menjadi hamba yang sejati. Oleh karena itu, Rasulullah saw telah menyampaikan sebuah wasiat yang sangat agung bagi kita yakni:
Pergunakanlah yang lima sebelum datang yang lima (yaitu) masa mudamu sebelum datang masa tua; masa sehatmu sebelum datang masa sakit; masa kayamu sebelum datang masa miskin; masa luangmu sebelum datang masa sibuk; masa hidupmu sebelum datang kematian.
Sebagai seorang hamba, sejatinya kita dituntut untuk selalu mempersiapkan suatu hal yang akan terjadi pada diri kita. Kita tidak pernah tahu kapan kematian akan menghampiri diri kita. Bisa jadi ia lebih dekat. Untuk menjadi hamba 24 jam, ada satu cara yang paling mudah untuk dilakukan yakni dengan dzikir.
“Ingatlah Allah di waktu berdiri, diwaktu duduk dan diwaktu berbaring (An-nisa: 103).
Para ulama membagi mengingat Allah Swt itu ke dalam 3 kelompok, yaitu:
Pertama, ingat Allah Swt dengan hati (zikr bi al-qalb). Kedua, ingat Allah Swt dengan lidah (zikr bi al-lisan), dan ketiga ingat Allah Swt dengan anggota badan (zikr bi al-af’al)
Ingat Allah Swt dengan hati adalah menyadari bahwa Allah Swt selalu hadir dalam kehidupan kita. Dengan demikian, jika kita mengerjakan sesuatu, kita kerjakan dengan kesadaran penuh bahwa Allah Swt menyertai kita dan Allah Swt memperhitungkan perbuatan kita. Ingat Allah Swt dengan lidah adalah mengucapkan kata atau kalimat yang diajarkan oleh Allah Swt melalui nabi Muhammad Saw. Kata atau kalimat itu antara lain subhanallah, alhamdulillah, allahu akbar, dan la haula wal quwwata illa billah aliyyil ‘adzim. Ingat Allah Swt dengan anggota badan adalah dimanapun kita berada selalu bekerja dan ditempat yang diridhoi Allah Swt.
Jika kita sudah ingat Allah Swt dengan hati, ingat Allah Swt dengan lidah dan ingat Allah Swt dengan anggota badan. Maka Allah Swt akan memberi rahmat kepada kita, dan malaikat akan memohonkan supaya Allah Swt mengeluarkan kita dari kesempitan kepada kelapangan, kesulitan kepada kemudahan dan dari kemiskinan kepada kekayaan.
Akhirnya, siapkah kita menjadi hamba Allah Swt 24 jam? []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word