Oleh: Fitriani S.Pd
Revowriter
phityalmujahidah30@gmail.com
MENJADI sosok mulia di era milenial seperti saat ini memang adalah sesuatu yang tak mudah untuk bertahan, karena banyak hal yang dapat melemahkan. Bagaimana tidak, deraan kesulitan hidup dalam dunia yang serba materialis kapitalis telah memaksa para muslimah untuk berhadapan dengan ambisi orangtua dan keluarga, serta komentar negatif masyarakat sekitar.
Belum lagi tuntutan semangat mengaktualisasikan diri yang menggelincirkan. Tolak ukur prestasi hanya bisa diraih dengan bermodalkan cantik fisik, kaya dan menghasilkan income yang membludak. Hingga, tuntutan untuk bekerja seolah menjadi sesuatu hal yang wajib untuk dilakoni.
Semua godaan ini tentu saja dapat menggelincirkan muslimah dari usahanya agar selalu istikamah menjadi muslimah sejati yang hanya menghamba kepada Allah saja, bukan kepada materi. Bahkan godaan ini sedikit demi sedikit bisa menggerus kepribadian Islamnya.
Lantas, bagaimana agar kepribadian Islam selalu terjaga ditengah hiruk piuknya godaan fatamorgana dunia?
BACA JUGA:Â Â Kiprah Muslimah dalam Peradaban, Ini Buktinya
Pemikiran dan tingkah laku lah yang menjadi penentu seorang muslimah bisa mantap dan konsisten terhadap apa yang ia pegang. Menjaganya perlu kesembuhan dan keseriusan. Pikirannya harus selalu diasah hingga tajam meruncing, mengaitkan persoalan dengan solusi Islam. Ini dilakukan dengan belajar dan terus mempelajari Islam, yang tentu saja yang dipelajari adalah Islam Kaffah.
Sehingga dengan begitu akan terbangun dan terus terasah pemahamannya tentang berbagai bidang kehidupan. Hari demi hari, detik demi detik, ia semakin mengerti bagaimana Islam dapat menyelesaikan persoalan ekonomi budaya politik dan lain-lainnya. Hingga pemahaman yang ia peroleh dari hasil belajar inilah yang mendorongnya untuk mewujudkannya. Sampai terbiasalah ia menularkannya pada orang lain, agar meluas dan tuntutan menyelesaikan persoalan dengan Islam menjadi kuat.
Tingkah lakunya pun didisiplinkan agar tunduk dan patuh hanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi semua laranganNya adalah nafasnya. Latihannya memang tak mudah. Menjalaninya apalagi. Karena semua tak seringan dilisankan dan tak semudah dibayangkan.
Namun ia selalu berusaha agar setiap mengalami dan menyaksikan persoalan, jiwanya diajak berkecamuk, hingga mendesaknya agar amalnya diukur dengan aturan Allah. Setiap pilihan dalam hidupnya bermuara pada tingkah laku Islami. Ia menjauh dari rayuan dan godaan yang dapat menggelincirkan dirinya dari misi hidup hakiki.
BACA JUGA:Â Dia, Teladan Muslimah yang Fasih Bicaranya
Walau demikian memantapkan kepribadiannya tidak pernah membuatnya menjauhi masyarakat. Walaupun dari segi pakaian dan pemikiran ia berbeda dengan masyarakat, namun karena semangat mewujudkan keyakinan terhadap kesempurnaan Islam mendorongnya untuk peduli terhadap sekelilingnya. Peduli untuk memberikan jalan keluar yang berasal dari Islam atau meluruskan kenyataan yang belum Islam. Ia memahami bahwa bersosialisasi dengan masyarakat sekitar adalah langkah awal untuk menebar benih-benih kebenaran Islam.
Inilah pribadi yang unik. Muslimah yang mewarnai sekelilingnya dan selalu memberi manfaat bagi umat. Bukan sebaliknya, terwarnai oleh kotornya dunia yang tengah ditata dengan aturan hidup materialisme kapitalis. Sehingga semakin kokoh dan mantap kepribadian Islam seseorang. Makin jelas arah hidupnya, tidak goyah, tidak tumbang, tidak mudah terpengaruh oleh sejumlah provokasi dari keluarga atau provokasi dari masyarakat. Baik provokasi tetangga untuk menularkan penyakit (shopping mania) atau gila belanja atau rayuan mengkhianati suaminya kelak, dan banyak lagi ragam provokasi lainnya.
Kemantapan kepribadian Islam juga menjadi bekal mendidik anak-anaknya kelak. Mencelup mereka dengan warna Islam. Menunaikan setiap perintah Allah dengan penuh semangat, baik perintah Allah tentang hak suami, hak anak, hak dirinya, hak umat yang mesti ditunaikan nya. Karena ia memahami perannya sebagai ummu warobbatul bayt sekaligus pengemban dakwah.
Persembahan terbaiknya diberikan kepada Allah, sehingga upaya terbesar dalam hidupnya dengan demi menggapai ridho Allah. Yang tentu saja dilakukan dengan ketaatan sempurna terhadap seluruh perintahNya. Tak hanya itu, perintah untuk menegakkan agama Allah dan mengemban dakwah di tengah-tengah umat dipenuhinya dengan senang hati.
Kepribadian Islamnya juga dapat terpelihara dengan ketekunan mengasah pola pikir dan pola sikap. Wawasan keislamannya terus diperluas dengan belajar dan belajar. Ia selalu mengkaji Islam tak Kenal lelah. Pada saat yang sama, ia mendisiplinkan diri dalam bertingkah laku. Kontrol diri yang tinggi agar setiap jengkal langkah amal, lisan, maupun ekspresi emosinya penuh kendali.
BACA JUGA:Â Malahayati, Laksamana Muslimah Pertama Dunia
Betapa indah sosok ini. Tentu bukan berarti tak pernah keliru. Namun setiap keliru cara berpikir atau beramalnya segera ia bertobat, dan dengan ikhlas mengubahnya. Ukuran yang jelas tentang benar-salah, baik-buruk, terpuji-tercela, yakni menggunakaan ukuran Islam untuk acuannya, bukan materialis kapitalis. Kemudian, ada tuntutan berkorban sepanjang hidupnya. Sedikitnya mengorbankan seleranya agar tak bertentangan dengan aturan Allah.
Seorang muslimah juga sadar betul bahwa hidup ini adalah perjuangan. Yang mana istirahat dan bersantai ditundanya hingga hari berbangkit setelah maut menjemput. kebahagiaan inilah yang selalu dirindukan setiap muslimah yang hanya bisa diraih dengan bekal ridho Allah. Ridho yang hanya dapat diraih dengan kesungguhan mentaati seluruh aturanNya dan menjauhi laranganNya sepanjang hidup di dunia. Sehingga pengorbanan di jalanNya adalah ladang pahala. Ladang istimewa yang mengantar kepada kemuliaan agar dapat menepi di surgaNya kelak. Wallahu A’lam Bissawab. []
Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi di luar tanggung jawab redaksi.