Oleh. Hana Annisa Afriliani
Penulis Buku dan Aktivis Dakwah
hauro.aljannah@gmail.com
MENJADI ibu adalah sebuah anugerah yang tak ternilai harganya. Betapa banyak perempuan di luar sana yang mendamba buah hati demi menggenapkan statusnya menjadi seorang ibu.
Maka, sudah selayaknya kita bersyukur atas amanah anak-anak yang Allah karuniakan kepada kita.
Adapun bentuk syukur tersebut termanifestasi lewat kesungguhan kita menjadi ibu terbaik bagi anak-anak kita. Terbaik versi Allah tentunya, karena terbaik versi kita belum tentu benar. Adapun terbaik versi Allah sudah pasti benar adanya. Allah sudah memberikan kepada kita petunjuk di dalam Alquran dan Assunah tentang bagaimana semestinya menjadi ibu terbaik.
Pertama, salihkan diri. Ya, sebelum meminta anak salih, kita harus terlebih dahulu mensalihkan diri. Karena anak-anak yang salih dan salihah hanya akan terlahir dari rahim seorang ibu yang salihah. Bagaimana tidak, seorang ibu yang salihah tentu akan memiliki bekal kesalihan tadi untuk mendidik anak-anaknya sesuai tuntunan syariat. Iman akan menjadi penjaganya dan akhlak menjadi penghiasnya.
Rasulullah Saw bersabda: “Dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baiknya perhiasan dunia adalah wanita salihah.” (HR.Muslim No.1467)
Kedua, tancapkan akidah Islam sejak dini. Karena akidah merupakan pondasi utama yang akan menentukan baik-buruknya seseorang. Dan dengan akidah Islam inilah setiap manusia akan mampu berdiri kokoh di jalan takwa. Adapun takwa akan menuntut seseorang untuk tetap berada di jalan kebenaran.
Maka ibu yang terbaik tentu akan menjadikan penancapan akidah ini sebagai misi utama kepada anak-anaknya. Hal tersebut semata-mata sebagai bentuk penjagaan dan kasih sayang agar mereka tak mudah rapuh terbawa rayuan zaman yang terkadang menjerumuskan dalam kemaksiatan.
Allah Swt berfirman: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika ia memberi pelajaran kepadanya, ‘Wahai anakku! Janganlah engkau memperskutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar.’” [TQS. Luqman: 13]
Ketiga, mendidik anak dengan pendidikan Islam. Inilah bentuk kesungguhan seorang ibu untuk menjadi yang terbaik di mata Rabbnya. Sebab sejatinya hanya Islam saja jalan keselamatan dan kemuliaan.
Maka, ibu terbaik akan berupaya mendidik anak-anaknya menjadi generasi Islam yang berpikir, berkata, dan berbuat sesuai dengan Islam. Tidak melakukan sesuatu kecuali memahami hukumnya. Menjadikan Islam sebagai satu-satunya aturan dalam hidupnya, sehingga ibu terbaik akan mengajarkan anak-anaknya perkara halal-haram sejak dini.
Sehingga anak akan memahami baik buruk berdasarkan timbangan syariat saja. Misalnya anak-anak diajarkan makan makanan yang halal dan toyib karena sejatinya Islam memerintahkan yang demikian. Anak juga diajarkan soal konsep aurat dan mahrom.
Sehingga sejak dini mereka memiliki rasa malu dan memahami bahwa ada batas aurat yang tidak boleh diperlihatkan kepada selain mahromnya. Anak juga diajarkan soal pergaulan islami, yakni tidak bolehnya berdua-duaan (Khalwat) dengan laki-laki nonmahrom.
Dengan begitu, ketika remaja anak akan memiliki konsep yang mapan di dalam benaknya bahwa tidak ada pacaran dalam ajaran Islam. Karena berdua-duaan saja dilarang. Dan yang terpenting anak juga diajarkan soal adab-adab dalam Islam, agar mereka menjadi generasi yang mulia lisan dan perilakunya.
Begitulah hakikatnya menjadi ibu terbaik bagi anak-anak kita. Yakni tak sekadar memberikan pendidikan terbaik bagi anak untuk kesuksesan dunianya, tapi yang lebih penting adalah menjadikan anak sebagai manusia terbaik yang taat kepada RabbNya. Karena sungguh, salah satu puncak pencapaian yang pada akhirnya mengokohkan kita menjadi ibu terbaik adalah terciptanya generasi salih dan salihah.
Sebab kelak, mereka lah yang dapat menjadi penolong bagi kedua orangtua di akhirat. Dan bukankah surga adalah tujuan hidup kita? Maka, jadilah ibu terbaik, ingatlah bahwa ibu merupakan madrasatul ‘ula (sekolah pertama) bagi anak-anaknya, maka torehkanlah pengajaran terbaik untuk membentuk konsep diri anak, tuntunlah anak-anak kita menjadi generasi umat terbaik, yakni generasi yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Apabila seorang telah meninggal dunia, maka seluruh amalnya terputus kecuali tiga, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendo’akannya.” (HR. Muslim: 1631). []
OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.