Oleh: Ana Nazahah
Revowriter Aceh
shafiyaana@gmail.com
SAHABAT, ingatkah ketika kamu masih kecil saat ditanyai guru cita-citanya mau jadi apa? Mayoritasnya pasti jawab: jadi dokter, polisi, pilot, pengacara dan berbagai jabatan yang keren lainnya. Tapi tahukah kamu, semua hal itu hanya akan membuatmu dipandang sukses di dunia, tapi belum tentu di akhiratNya.
Seorang kenalan pernah curhat, betapa ia merasa ‘sekarat’ saat ia baru sadar hidupnya selama ini sia-sia, kerena jauh dari pemahaman agama. Dia bilang “Selama ini aku pikir sukses itu adalah saat aku bisa meraih cita-cita. Karena itu aku melakukan segala hal untuk meraihnya. Namun saat sekarang, aku sukses dan menjadi dokter seperti yang aku harapkan. Aku justru merasa hampa. Aku baru sadar persiapanku untuk kehidupan akhirat, sama sekali tidak ada.”
BACA JUGA: Cita-citaku di Pesantren
Dia menyesali, bahwa hari-harinya yang berharga hanya dihabiskan untuk mempelajari ilmu dunia, tapi tak sedikit pun ia belajar agama. Jadi pemahamannya juga nol terkait agama. Bahkan ia mengaku hukum- hukum yang wajib bagi seorang Muslimah pun ia hanya tau sebagian saja. Dan hal inilah membuat dia menyesal dan saat bersamaan malu kepada Allah SWT. Allah memberikan semua yang dia minta, tapi dia merasa belum membalas seluruh pemberiaan Allah, dengan ketaatan kepadaNya.
Mungkin kisah seorang dokter di atas bisa membuka mata hati kita. Bahwa segala hal yang kita kejar di dunia ini akan percuma jika kita hidup jauh dari agama. Menjadi dokter dan jabatan lain yang kita cita- citakan, seharusnya menjadi wasilah bagi kita, sebagai hamba untuk beribadah kepada Allah SWT.
Maka apapun jabatan kita di dunia, dari level tinggi hingga level terendah sekalipun, bukanlah tujuan bagi hidup kita yang singkat ini. Karena tujuan hidup bagi seorang Muslim tidak lain adalah untuk beribadah kepadaNya.
Karena itu, seorang profesor yang jarang shalat, tidak lebih terhormat di hadapan Allah dari pada seorang petani tamatan SD namun taat kepada Allah SWT. Seorang yang berpakaian rapi dan bekerja di kantor ber-AC yang tidak pernah menyantuni anak yatim, tidak lebih terhormat dari pada tukang becak yang rajin shalat dan ringan tangan terhadap tetangga.
Begitulah, ukuran kesuksesan bagi manusia yang jauh dari pemahaman Islam berbeda dengan orang-orang yang beriman dan bertakwa. Karena itu jangan heran jika ada pegawai bank yang tiba- tiba mengundurkan diri karena baru tau riba itu haram.
Ada pemulung yang sekali berinfak sepuluh kali lipat besarnya dari pada angggota dewan. Ada dokter yang memilih mundur dari pekerjaannya dan mendapatkan gaji yang besar, demi fokus menjadi ibu rumah tangga dan mengurus buah hati. Ya, ada orang-orang yang rela meninggalkan kesenangn dunia semata karena yang mereka cari adalah ridho Illahi.
Dan karenanya, salah besar jika ada Muslim yang mengaku tidak sempat ibadah, tidak punya waktu belajar Islam. Dengan alasan sibuk kerja, sibuk mengurus rumah tangga, sibuk kuliah dan lain-lain. Tidak lain karena kecintannya pada dunianya telah mengalihkan tugasnya sebagai hamba, pengabaikan perintah Allah SWT.
Padahal Allah sangat mencela sikap Muslim yang lebih mementingkan dunia, namun mengabaikan urusan akhiratnya. Firman Allah SWT :
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلَاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا.
“Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki bagi orang yang kami kehendaki dan Kami tentukan baginya Neraka Jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.” (QS. al- Isra’: 18).
BACA JUGA: Mualaf Ini Bercita-cita Ingin Jadi Hafiz Alquran
Sebagai seorang Muslim seharusnya kita menyadari bahwa kehidupan dunia ini hanyalah sementara. Maka dari itu, janganlah kita terlalu cenderung dengan dunia. Menjadikan dunia sebagai tujuan adalah sikap keliru, karena kampung akhirat lah tempat berpulang kita.
Dan untuk pulang ke kampung halaman tersebut, kita perlu bekal berupa ibadah dan amal kebaikan. Adapun harta dan jabatan, sama sekali tidak akan menolong kita, selama tidak digunakan untuk kebaikan dan sebagai sarana beribadah di jalanNya. Wallahualam. []
RENUNGAN adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim tulisan Anda lewat imel ke: redaksi@islampos.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari RENUNGAN di luar tanggung jawab redaksi Islampos.