SAAT pesawat saya mendarat di bandara Incheon, Korea, saya sangat kagum. Bukan hanya karena ini pertama kali saya, warga negara Jerman, datang ke tempat ini. Melainkan karena ada sesuatu yang sangat spesial dalam perjalanan saya kali ini.
Berada di negara yang Islam menjadi minoritas, tidak membuat saya berhenti untuk mengambil pelajaran dan mengetahui lebih banyak tentang negara gingseng dan budayanya. Sejak telinga saya mendengar bahasa Korea, melihat Hangul, mengetahui sistem penulisan Korea, sejak saat itu pula saya ingin bisa berbahasa Korea.
Perasaan saat pertama kali menggunakan bahasa korea, mengenakan pakaia wanita khas korea, Hanbok, hingga bertanya tentang bagaimana caranya untuk pergi dari Bandara Incheon ke Seoul dengan menggunakan kereta, sangat membuat saya senang. Hingga suatu ketika, saat harus menggunakan kereta bawah tanah dari Seoul menuju Itaewon di malam yang larut, tiba-tiba datanglah seorang kakek tua dan tiga rekannya membantu saya untuk mencari wisma dimana saya tinggal.
Iteawon merupakan salah satu tempat di korea yang menjadi rumah bagi 150.000 penduduk Muslim di Korea Selatan, dengan hampir sepertiga dari mereka adalah etnis asli Korea. Salah satu tempat menarik yang dapat dikunjungi adalah Masjid Seoul yang didirikan pada tahun 1976. Ini merupakan Masjid pertama yang didirikan di negeri gingseng.
Selain itu, saya dimudahkan dengan fasilitas restoran halal yang tersedia di Iteawon. Salah satunya dalah Eid Halal Restaurat yang menjadi Favorit bagi seluruh keluarga Muslim di Korea.
Setidaknya, kini terdapat 15 Masjid yang berada di korea. Adapun 60 mushola yang dapat kita temukan di bandara, universitas dan pusat perbelanjaan. Uniknya, Masjid juga berfungsi sebagai tempat pertemuan antara Muslim dan non-Muslim.
Bora Song contohnya. Ia adalah Muslimah Korea yang menjadi guru bahasa Arab. Ia selalu menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh non-Muslim.
Pertemuan saya dengan dia di masjid hanya berlangsung beberapa menit saja. Saat itu, saya sedang mencari seorang Muslimah lain yang ada di ruang konferensi. Dengan Ini saya menyadari betapa kokohnya Islam meski berasal dari manapun penganutnya . Bora adalah seorang Muslimah dan seorang warga Korea. Sebuah kombinasi yang mengejutkan bagi warga Korea atau pun non-Korea. []
Sumber: World Bulletin