AMANAH adalah salah satu sifat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam. Bahkan sifat ini dijadikan sebagai julukan beliau yakni Al- Amin atau yang bisa dipercaya.
Menunaikan amanah hukumnya wajib. Bila tidak ditunaikan maka disebut berkhianat. Khianat itu lawan dari amanah. Menyia-nyiakan kepercayaan orang lain kepadanya. Hal ini bisa merugikan diri sendiri, menjatuhkan kehormatan/ harga diri dan membuat manusia tidak lagi percaya kepadanya.
Menunaikan amanah itu berat. Bahkan beratnya amanah itu digambarkan dalam Al-Qur’an. Allah menceritakan bagaimana amanah ketika diberikan kepada langit, bumi, dan gunung. ternyata tidak ada yang mampu menerima amanah tersebut.
Allah Ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (QS. Al-Ahzab: 72).
Berkata dari Ibnu ‘Abbas:
“Yang dimaksud dengan al-amanah adalah, ketaatan yang ditawarkan kepada mereka sebelum ditawarkan kepada Adam, akan tetapi mereka tidak menyanggupinya. Lalu Allah berfirman kepada Adam,
“Sesungguhnya Aku memberikan amanah kepada langit dan bumi serta gunung-gunung, akan tetapi mereka tidak menyanggupinya. Apakah kamu sanggup untuk menerimanya?” Dia menjawab: “Ya Rabb-ku, apa isinya?” Allah berfirman: “Jika engkau berbuat baik, engkau akan diberi balasan, dan jika engkau berbuat keburukan engkau akan disiksa.” Lalu Adam ‘alaihi salam menerimanya dan menanggungnya. Itulah firman Allah: وَحَمَلَهَا ٱلۡإِنسَٰنُ إِنَّهُۥ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا (“dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat dhalim dan amat bodoh.”)
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhu berkata:
“Amanah adalah kewajiban-kewajiban yang ditawarkan oleh Allah kepada langit, bumi dan gunung-gunung. Jika mereka menunaikannya, Allah akan membalas mereka.
BACA JUGA: Penerima Amanah Harta Klaim Sudah Mengembalikan ke Pemiliknya
Dan jika mereka menyia-nyiakannya niscaya Allah akan menyiksa mereka. Mereka enggan menerimanya dan menolaknya bukan karena maksiat, akan tetapi karena ta’zhim [menghormati] agama Allah kalau-kalau mereka tidak mampu menunaikannya.”
Amanah tersebut adalah taklif [pembebanan] serta menerima berbagai perintah dan larangan dengan syaratnya. Yaitu jika melaksanakan mendapat pahala, dan jika meninggalkannya dia akan disiksa. Maka manusia menerimanya atas kelemahan, kebodohan dan kedhalimannya kecuali orang yang diberi taufiq oleh Allah. Kepada Allah-lah kita memohon pertolongan.
Imam Ahmad berkata dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu’anhu bahwa Rasulullah bersabda:
“Empat hal, jika ada pada dirimu maka tidak berbahaya bagimu apa yang hilang dari dunia; menjaga amanah, jujur dalam tutur kata, baik akhlak dan iffah [kemurnian] dalam kesucian.” (demikian yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya) (Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir)
DALIL AMANAH
Allah Ta’ala berfirman,
اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُكُمْ اَنْ تُؤَدُّوا الْاَمٰنٰتِ اِلٰٓى اَهْلِهَاۙ وَاِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ اَنْ تَحْكُمُوْا بِالْعَدْلِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهٖ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ سَمِيْعًاۢ بَصِيْرًا
Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat. (QS. An-Nisa: 58)
Dalam surat al Anfal ayat 27 Allah berfirman,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَخُوْنُوا اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ وَتَخُوْنُوْٓا اَمٰنٰتِكُمْ وَاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul, dan (juga) janganlah kamu menkhianati amanah yang telah dipercayakan keadamu, sedang kamu mengetahui”.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Kamu sekalian pemimpin dan kamu sekalian akan diminta pertanggung-jawabannya tentang apa yang kamu pimpin, imam (pejabat apa saja) adalah pemimpin dan ia akan diminta pertanggungjawabannya tentang apa yang dipimpinnya, dan orang laki-laki (suami) adalah pemimpin dalam lingkungan keluarganya, dan ia akan ditanya tentang apa yang ia pimpin, orang perempuan (istri) juga pemimpin, dalam mengendalikan rumah tangga suaminya, dan ia juga akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya, dan pembantu rumah tangga juga pemimpin dalam mengawasi harta benda majikannya, dan dia juga akan ditanya tentang apa yang ia pimpin.” (Muttafaq ‘alaihi)
Dari hadis tersebut, kita mengetahui bahwa semua manusia adalah pemimpin, yang berarti mereka memiliki amanah yang harus dijaga. Jika seseorang terlihat tidak memiliki sesuatu yang dipimpin, setidaknya dia memimpin dirinya sendiri.
Tipe Manusia dalam Memegang Amanah
1. Seseorang yang secara kasat mata terlihat memegang amanah, namun di hatinya mereka melalaikan amanah tersebut.
Orang seperti ini termasuk orang yang munafik, yaitu menampakkan sesuatu yang tidak sama dengan apa yang ada di dalam hati mereka.
2. Seseorang yang terlihat tidak amanah dan memang tidak mengemban amanah. Orang-orang ini termasuk orang yang kufur dan tidak menjalankan syariat agama Islam.
3. Seseorang yang menjaga amanah dan menunaikannya dengan sungguh-sungguh. Mereka yang berperilaku demikian sungguh orang yang beruntung karena akan dicintai Allah dan mendapatkan rahmat-Nya.
Ketika menjelaskan beberapa sifat orang-orang yang beriman, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan bahwa di antara sifat mereka adalah menjaga amanah yang dibebankan di atas pundak mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
وَالَّذِينَ لأََمنتهِم وَعَهْدِهِم راَعُون
Dan orang-orang yang memelihara amanah-amanah (yang dipikulnya) dan janjinya. [Al Mukminun/23:8]
Selanjutnya Allah Subhanahu wa Ta’ala menjanjikan balasan bagi mereka seraya berfirman:
ءولئك هُمُ الوَارِثُون{10} الَّذِين يَرِثُونَ الفِرْدَوسَ هُم فِيهَا خَالِدُونَ
Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, yakni yang akan mewarisi jannah Firdaus. Mereka kekal di dalamnya. [Al Mukminuun/23:10-11]
Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Dzat yang telah menciptakan manusia. Sudah barang tentu, Dia pulalah yang paling mengetahui perkara-perkara yang dapat mendatangkan mashlahat maupun mudharat. Dia pula yang paling mengethui tugas dan amanat apa yang paling sesuai dan selaras bagi masing-masing makhluk-Nya. Demikian halnya dengan kaum wanita. Allah Subhanahu wa Ta’ala yang paling mengetahui tugas dan tanggung jawab apa yang paling sesuai bagi kita.
BACA JUGA: Terkabulnya Do’a adalah Amanah
Allah maha tahu amanah yang mampu diemban oleh laki-laki atau pun perempuan. Masing-masing potensi, akal, fisik dan kemampuan lainnya tidaklah sama. Oleh karena itu amanah yang Allah titipkan pun berbeda. Allah tidak akan memberikan beban yang berat kecuali sesuai dengan kesanggupan hambaNya.
Allah Ta’ala berfirman,
لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا. لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا ٱكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ إِن نَّسِينَآ أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦ ۖ وَٱعْفُ عَنَّا وَٱغْفِرْ لَنَا وَٱرْحَمْنَآ ۚ أَنتَ مَوْلَىٰنَا فَٱنصُرْنَا عَلَى ٱلْقَوْمِ ٱلْكَٰفِرِينَ
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 286)
_Sekecil apapun suatu _ jika dilakukan dengan hati terpaksa diiringi keluh kesah, niscaya akan terasa berat bak menanggung beban sebesar gunung. Sebaliknya, seberat apapun suatu pekerjaan jika dilakukan dengan penuh keikhlasan, kegembiraan dan harapan, niscaya akan terasa ringan dan menyenangkan.
Berdo’alah….
Sebagai insan yang lemah kita menyadari , bahwa kita tidak akan mampu memikul amanah ini tanpa kekuatan dan pertolongan dari-Nya. Amanah ini merupakan beban yang sangat berat kecuali jika Dia meringankannya. Akan menjadi sesuatu yang sulit, kecuali jika Dia memudahkannya. []