“KAMI tidak melihat ada solusi bagi sepasang insan yang saling jatuh cinta selain menikah.” (HR. Ibnu Majah)
Baik bagi seorang wanita maupun bagi seorang laki-laki yang mulai memahami Islam dengan baik, tentu berazzam kuat untuk mengakhiri masa lajangnya dengan menyegerakan menikah. Karena dengan menikah, keduanya akan saling menyempurnakan, saling menjaga kehormatan diri, dan tentunya akan banyak menuai pahala.
BACA JUGA: 8 Perbedaan Taaruf dengan Pacaran (2-Habis)
Menunggu belahan jiwa yang tak kunjung temu itu?
Melelahkan hati!
Terlebih bila harus memendam cinta dalam diam?
Ah, memilukan!
Secara umum, setiap muslimah ingin bersanding dengan lelaki yang shalih, berakhlak mulia, dsb. Demikian halnya dengan kaum lelaki, ia pun ingin bersanding dengan wanita shalihah, penyayang, berakhlak mulia, dsb.
Katanya, menunggu bagi sebagian besar wanita itu adalah sesuatu hal yang diharapkan datang. Dan semakin lama menunggu itu??? Semakin besar pula sebuah pengharapan.
Katanya, menunggu bagi sebagian besar lelaki itu adalah sesuatu hal yang membosankan. Semakin lama menunggu, maka semakin memudar pula harapan itu.
Benar apa betul?
Apakah di sini ada yang pernah merasakan jatuh cinta? Lantas bagaimana rasanya?
Ada yang bilang, jatuh cinta itu membuat hati serasa berbunga-bunga. Tetapi ada pula yang bilang, jatuh cinta itu mengundang mala petaka karena ia selalu saja menyengsarakan hati!
Ketika diri beranjak dewasa, rasa suka pun muncul begitu saja. Jantung pun berdegup begitu cepat, napas mendadak tercekat hebat. Perasaan asing itu tiba-tiba saja hadir dalam singgasana hati. Karena ketika benih cinta bermekaran dalam hati, tentu kita tak bisa mengendalikannya.
Fenomena pacaran dikalangan muda-mudi pada zaman sekarang semakin merajalela. Dengan alasan suka sama suka pada akhirnya mereka terjerat pada ikatan yang tak halal, mereka berdalih bahwa pacaran itu adalah masa penjajakan, masa mencari kecocokan satu sama lainnya.
Mengapa rasa cinta itu bisa datang secara tiba-tiba?
Agar hati tak salah mencintai pada yang tak halal, bagaimanakah cara kita untuk mengendalikan hati?
Ketika cinta datang menyapa
Bak bunga bermekaran penuh suka
Semakin ditanam, benih itu seakan merajai singgasana hati.
Ya, dialah Cinta!
Cinta yg terus memintamu berkelana ke alam memori yg penuh maya serta ilusi.
Datangnya begitu saja, layaknya hembusan angin yang tak pernah dimintai untuk menyapa.
Ketika hatimu terpenuhi awan cinta pada sesama makhluk yang nampak syahdu, seolah membuat indah dinding hati si empunya. Apakah kau pernah jatuh cinta? Bagaimana rasanya? Sakit bukan?
Ya, yang namanya jatuh itu pasti SAKIT.
Lantas pada siapakah kau akan labuhkan cintamu? Apakah pada ia yang hadirnya selalu saja menggalaukan hatimu?
Atau pada ia yang hadirnya selalu membuatmu menangis, tersebab obralan janji yang tak pernah ia tepati? Janji apa? Janji untuk MENIKAHIMU!
Jangan jatuh cinta shalihahku! Tetapi mari kita bangun cinta. Kejar dulu sang pemilik cinta. Allaah. Jangan berharap pada ia yang diamanahi hati oleh-Nya.
Berbicara cinta tentu berbicara tentang hati dan perasaan. Semua orang memiliki cinta, bahkan tanpa cinta hidup seperti mati. Semuanya akan terasa hampa jika tak di dasari dengan rasa cinta. Tetapi, dimanakah cinta itu? Apa ia bernyawa? Apa cinta itu memiliki arti tertentu? Sebuah pertanyaan semu bukan? Lantas benarkah cinta itu harus pacaran? Menurutku ini aneh, kenapa harus pacaran karena cinta? Bukankah cinta itu “pure” terlahir suci yg telah Allaah berikan kepada setiap hamba-Nya?
Mengapa pula ketika ada dua insan yang tak halal tengah di mabuk cinta, mereka selalu berbangga diri pada status barunya yaitu dengan berpacaran. Bukankah dalam islam pacaran itu dilarang? Atau adakah UU tentang cinta yg mengharuskan muda-mudi untuk berpacaran? Bukankah pacaran itu termasuk zina?
Dalam QS. Al-Isra’ [17]:32 Allaah ‘azza wa Jalla telah berfirman yang artinya,
“Dan janganlah kamu mendekati zina, (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.”
BACA JUGA: Pacaran dalam Islam, Apa Hukumnya?
“Zaman sekarang nggak ada orang yang mau diajak nikah tanpa pacaran kak!.”
“Pacaran itu membuat kita mengenal karakter si doi kak..”
(Yakin nih kita mampu se-detail itu mengenal karakter seseorang? Bukannya pacaran itu yang terlihat hanya yang baik-baik nya aja ya?) []
SUMBER: MYTHAROSADI