Oleh: Dwi P. Sugiarti
Anggota Komunitas Revowriter Kabupaten Garut
Memasuki sepuluh hari kedua ramadhan tentunya kita terus berharap bisa memanfaatkannya untuk meningkatkan amalan-amalan selama ramadhan. Dalam hadits nabi SAW yang diriwatkan oleh Abu Hurairah ra dimana ia berkata bahwa rasulullah SAW pernah bersabda, ”Awal ramadhan adalah rahmah, pertengahannnya adalah maghfirah dan akhirnya itqun minan nar (pembebasan dari api neraka)”.
Oleh karenanya kita harus tetap menjadikan hari-hari ramadhan selalu istimewa. Agar kita bisa memperoleh derajat takwa selepas meninggalkan ramadhan. Seperti yang digambarkan dalam firman Allah SWT dalah surat Al Baqarah ayat 183. Allah SWT berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (TQS. Al Baqoroh: 183)
Harapan takwa tentu bukan semata kita mampu menjaga diri kita dari berbuat maksiat kepada Allah selama bulan ramadhan tapi tentunya selepas kita meninggalkan ramadhan ketakwaan kita meningkat dihadapanNya. Namun kebanyakan dari masyarakat kita, awal ramadhan kita begitu semangat menjalani ramadhan, memenuhinya dengan amalan di bulan ramadhan. Namun hal tersebut tak sejalan dengan semakin bertambahanya hari selama ramadhan hingga akhirnya mendekati bulan syawal. Dengan bertambahnya hari justru shaff sholat tarawih di masjid makin berkurang. Target baca alquran yang ingin khatam berkali-kali nyatanya makin kendur. Terlebih jika sudah mendekati bulan syawal. Mayoritas kita justru sibuk menyiapakan persiapan idul fitri. Padahal seharusnya kita makin khusyuk menjalani ramadhan apalagi mendekati sepuluh hari terakhir.
Oleh karenanya penting bagi kita untuk bisa menjadikan hari-hari ramadhan ini terus istimewa. Salah satunya adalah dengan menjiwai ayat-ayat yang berkaitan dengan ramadhan sebelum akhirnya berbicara program amalan yang sudah dibuat dengan harapan bisa terlaksana selama sebulan penuh dibulan keberkahan. hal ini penting sebab menjiwainya akan membuat kita menjalani ramadhan dengan nikmat dan khusyuk.
Kita memahami bahwa ramadhan ini adalah bulan istimewa. Oleh karenanya amalan-amalannya tentu haruslah istimewa pula. Imam Ibnul Jauzy pernah mengatakan perihal ramadhan bahwa Ramadhan itu ibarat Nabi Yusuf yang merupakan salah satu dari anak Nabi Yaqub diantara sebelas anak-anaknya yang lain dan Nabi Yusuf adalah anak yang paling dicintai dan istimewa bagi Nabi Yaqub. Sebagaimana Nabi Yusuf maka begitupula ramadhan adalah bulan yang istimewa dan paling dicintai oleh Allah SWT. Sebagaimana saudara-saudara Yusuf yang diampuni dosanya oleh Allah SWT hanya karena doa Yusuf begitupula ramadhan adalah bulan ampunan yang menghapus dosa-dosa diantara sebelas bulan lainnya.
Memahami ayat tentang puasa salah satunya yang termaktub dalam surah Al Baqoroh: 183 bahwa ibadah puasa ini adalah merupakan kewajiban yang diwajibkan hanya bagi orang beriman saja. Dalam redaksinya “Wahai orang-orang yang beriman…” maka sejatinya kewajiban puasa hanya akan mampu dijalani oleh orang yang memiliki keimanan. Sebab kita bisa melihat amalan Ramadhan tak hanya puasa saja tetapi juga ditunjang oleh amalan-amalan lain seperti sholat tarawih dan witir, tadarus Al quran, Qiyamul lail dan lain sebagainya.
Maka sejatinya untuk bisa menjadikan amalan yang kita lakukan bisa dinikmati cara terbaiknya adalah dengan terus memperbaharui iman kita. Selain itu, penting untuk memahami bahwa kewajiban puasa nyatanya diwajibkan bagi seluruh umat manusia baik umat nabi Muhammad SAW dan umat-umat sebelumnya. Maka puasa sejatinya adalah salah satu syariat yang digunakan untuk memperbaiki manusia di segala zaman.
Di akhir bunyi ayat ini bahwa puasa ramadhan akan menjadikan manusia bertakwa. Maka penting pula bagi kita mendefinisikan apa itu takwa. Secara umum definisi takwa adalah menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Lihatlah bagaimana Abu Hurairah mendefinikan makna Takwa.
Menurut Abu Hurairah ra, ketika beliau ditanya tentang takwa menjelaskan; ”Apakah engkau pernah berjalan di atas jalan berduri?” Orang yang bertanya menjawab, “Ya, pernah.“ Abu Hurairah berkata, “Apa yang engkau perbuat?” Orang yang bertanya menjawab, “Jika aku melihat duri, aku akan menghindar darinya, atau melangkahinya, atau mundur darinya.” Abu Hurairah ra berkata, “Itulah takwa” (Ibnu Rajab, jami’ul Ulum wal Hikam).
Semoga kita semakin mampu menyelami kandungan ayat-ayat ramadhan ini dengan sebaik-baiknya agar kita peroleh derajat takwa sebab ketakwaan adalah capaian tertinggi dalam hidup manusia. Sebagaimana firman Allah SWT:
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat: 13). Wallahu a’lam. []